Ini Rencana Sejumlah Bank Agar Bisa Naik Status

Sifi Masdi

Monday, 04-02-2019 | 22:52 pm

MDN
Ilustrasi Bank BTPN [ist]

Jakarta, Inako

Sejumlah bank berniat untuk memperluas cakupan bisnis dalam waktu dekat dengan memperkuat struktur permodalan.

Salah satunya bank hasil penggabungan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) yang berencana naik kelas ke bank umum kelompok usaha (BUKU) IV pada tahun 2021 mendatang dengan minimal modal inti Rp 30 triliun.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan saat ini modal inti perusahaan usai merger dengan SMBCI sudah menembus Rp 25 triliun. Posisi ini praktis melesat dari posisi sebelum merger yang hanya Rp 16,47 triliun.

"Benar bahwa aspirasi jangka panjang kami untuk menjadi bank BUKU IV dengan modal inti Rp 30 triliun," ujarnya akhir pekan lalu. 

Namun, pihaknya tidak berencana melakukan penambahan modal untuk menggapai rencana tersebut. Menurutnya, Bank BTPN dengan investor baru asal Jepang ini hanya akan mengandalkan penambahan modal dari sisi organik saja, yakni laba ditahan.

Artinya, bila Bank BTPN berhasil masuk ke kategori BUKU IV artinya akan ada enam bank yang ada di kelas ini yakni BRI, Mandiri, BCA, BNI dan CIMB Niaga. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan naik ke BUKU IV bagi perusahaan.

Salah satunya BUKU IV diberi keluasaan untuk melakukan penyerataan hingga 35% pada lembaga keuangan di dalam dan luar negeri dengan cakupan yang lebih luas. Berbeda dengan BUKU III yang hanya terbatas sebesar 25% dan hanya terkhusus pada kawasan Asia.

Di samping itu, bank BUKU IV juga diperkenankan untuk menjadi Qualified Asean Bank (QAB) alias memperoleh akses untuk melebarkan sayap di wilayah negara Asia Tenggara.

Hanya saja, Bank BTPN belum memiliki rencana jangka panjang setelah naik kelas. Namun, pihaknya mengamini bahwa Bank BTPN ingin berekspansi dengan membuka cabang di luar negeri, terutama kawasan Asean.

"Kami integrasi dulu setelah merger ini agar lancar," terangnya. Ada beberapa alasan lain yang membuat perseroan tak terlalu mengincar penambahan modal. Salah satunya struktur permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang masih cukup tebal di posisi 22,9% pasca merger.

Tidak hanya Bank BTPN saja yang berniat untuk naik kelas. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yakni BRI Agro juga berencana menduduki posisi BUKU III pada pertengahan tahun ini.

Walau tidak merinci secara detail, Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto memprediksi hal ini baru bisa diputuskan setelah perseroan melakukan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).

Kabarnya, perseroan juga akan melakukan penambahan modal lewat penawaran umum terbatas (PUT) yang akan dilangsungkan tahun ini untuk naik ke BUKU III. Persetujuannya baru akan diusulkan ke pemegang saham di RUPS mendatang.

Adapun, tahun lalu BRI Agro memang sudah melakukan tambahan modal lewat rights issue dengan incaran dana segar sebesar Rp 2 triliun. Sayangnya, dari target tersebut total dana yang terserap baru hanya mencaai Rp 1,2 triliun.

Catatan saja, sampai November 2018 lalu posisi modal inti BRI Agro sudah mencapai Rp 4,3 triliun artinya hanya dibutuhkan dana sebesar Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar lagi untuk BRI Agro sampai ke BUKU III.

Pihaknya pernah menyebut bakal memanfaatkan momen naik BUKU ini untuk memperluas cakupan bisnis perseroan, dengan ekspansi bisnis ke bank mitra sekaligus supply chain financing atau kerjasama dengan anak usaha BUMN. 

Di samping itu, bank bersandi emiten AGRO ini juga akan mengoptimalisasi fitur transaksi kartu debit di merchant yang diharapkan bia meningkatkan porsi dana murah (current account and saving account).

Sementara itu, dengan lingkup yang lebih kecil. PT Bank Dinar Indonesia Tbk dan PT Bank Oke Indonesia yang berniat merger di semester I 2018 ini juga bakal beranjak ke kelas BUKU II bila hal tersebut rampung.

Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie menyebut pasca merger tersebut selesai, bank gabungan akan memiliki modal sebesar Rp 1,6 triliun alias mencukupi untuk naik BUKU II dengan minimal modal Rp 1 triliun.


 

KOMENTAR