Ironi Komoditi CPO RI, Negara Penghasil Terbesar Tapi Tak Bisa Tentukan Harga

Sifi Masdi

Thursday, 08-08-2019 | 18:39 pm

MDN
Ilustrasi CPO Indonesia [ist]

Jakarta, Inako

Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) tampaknya memang masih sulit keluar dari tekanan. Sentimen negatif terkait peningkatan produksi masih menjadi beban yang membuat harga sulit untuk terangkat.

Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Oktober stagnan di posisi MYR 2.101/ton atau sekitar US$ 500/ton. Harga CPO masih mendapat tekanan dari penurunan harga minyak kedelai di pasar Chicago Board of Trade (CBOT) sebesar 1,1% pada perdagangan Selasa (6/8/2019).

Minyak kedelai merupakan saingan CPO karena hampir seluruh fungsi dapatnya digantikan minyak kedelai. Pergerakan harga kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO.

Dalam beberapa hari terakhir, penurunan harga kedelai banyak dipengaruhi eskalasi perang dagang AS-China. Pada Selasa (6/8/2019), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan perusahaan-perusahaan Negeri Panda telah menghentikan pembelian produk pertanian asal AS.

Hal itu berdampak sangat buruk pada pasar kedelai global. Pasalnya, China merupakan pembeli terbesar kedelai asal AS. Artinya stok akan berlebihan karena kehilangan pembeli terbesar dan membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) terganggu.

Di lain pihak, dalam jangka pendek harga CPO masih mendapat sentimen negatif dari siklus perkebunan sawit yang telah masuk masa rehat. Ada kemungkinan terjadi musim kemarau panjang di negara-negara penghasil CPO. Hal ini akan mempengaruhi produksi.

Hal itu disampaikan oleh analis sawit dan Direktur Godrej International Limited, Dorab Mistry dalam sebuah konferensi pekan lalu, dikutip dari Reuters. Dirinya juga memperkirakan harga CPO masih bisa naik ke level MYR 2.200/ton.

Namun dalam jangka panjang harga CPO tampaknya masih akan berada dalam tren turun. Penyebab utama sebenarnya adalah jumlah produksi CPO dunia yang memang berlebihan.

Mari simak data produksi Indonesia dan penambahan jumlah luas perkebunan CPO. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, setidaknya sejak tahun 2000.

Data terakhir yang dipublikasikan BPS, total luas lahan sawit Indonesia telah mencapai 12,2 juta hektare pada tahun 2017. Sementara pada tahun 2000 hanya seluas 4,1 juta hektare.

Artinya secara rata-rata, luas lahan sawit bertambah sebesar 452 ribu hektare setiap tahun pada periode dalam kurun waktu 17 tahun. Paling pesat penambahan jumlah kebun pada 2017, di mana luas lahan sawit bertambah 1,09 juta hektare.

Jika dihitung dalam kurun waktu 10 tahun, dari 2007 hingga 2017, luas lahan perkembunan sawit bertambah seluas 5,4 juta hektare. Artinya pertambahan luas lahan ini juga yang membuat produksi CPO Indonesia terus bertambah.

Sementara itu, jumlah produksi CPO Indonesia pada 2019 diprediksi mencapai 45 juta ton. Angka tersebut lebih kecil dari jumlah produksi 2018 yang mencapai angka 47 juta ton. Ini artinya, para produsen sawit sudah berupaya untuk menekan jumlah produksi karena permintaan turun. 

Jumlah produksi CPO yang mencapai 47 juta ton tersebut, menempatkan Indonesia menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, disusul oleh Malaysia dengan produksi 19,5 juta ton pada tahun 2018.

 

TAG#CPO, #Minyak Sawit, #Harga, #Kedelai

190216624

KOMENTAR