Jokowi Minta Petani Sawit Tanam Durian

Sifi Masdi

Wednesday, 20-03-2019 | 12:22 pm

MDN
Ilustrasi kebun sawit [ist]

Jakarta, Inako

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyarankan para petani berpikir ulang untuk melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.

Saran itu disampaikan Jokowi kepada petani pada saat meresmikan Pembukaan Rapat Koordinasi dan Diskusi Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tahun 2019 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/3/2019).\

Jokowi memiliki beberapa alasan utama menyarankan para petani untuk berpikir dua kali sebelum menanam kelapa sawit. Pertama, karena produksi kelapa sawit yang sudah terlampau signifikan.

"Kalau sawit saya sarankan masuk ke hilirisasi. Tanamannya sudah 14 juta (hektare), produksi 46 juta ton setahun. Kalau dinaikkan dalam truk, itu 11 juta truk. Bayangkan," kata Jokowi di depan ratusan petani.

"Mengelola barang 46 juta ton bukan perkara gampang," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Kedua, terkait dengan langkah Komisi Uni Eropa yang saat ini merancang aturan untuk menghapus secara bertahap penggunaan bahan bakar nabati/BBN (biofuel) berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga 2030. 

Bila aturan itu disetujui oleh parlemen Uni Eropa, maka keputusan tersebut akan menjadi malapetaka bagi Indonesia selaku salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Tentu, hal ini bukan kabar baik bagi para petani sawit.

Ketiga, adalah keputusan India yang mengenakan tarif bea masuk sebesar 40% terhadap produk CPO Indonesia. Pungutan untuk minyak kelapa sawit olahan dipangkas dari sebelumnya 54% menjadi 50% atau lebih tinggi dari CPO Malaysia sebesar 45%.

"Ini ada masalah dengan EU belum rampung. Ada lagi dengan India belum rampung juga, terkena tarif bea masuk," katanya.

Jokowi menyarankan para petani lebih baik menanam durian lantaran varietas produknya yang beragam. Selain itu, tidak semua negara mampu memasok durian di pasar internasional dengan masif.

"China minta ke Malaysia saja kurang. Durian kita ini ada semua. Banyak. Punya macam-macam, tapi tidak dikelola," tegasnya.

 

 

KOMENTAR