Jumlah Pasien Rubella di Jepang Meningkat Drastis

Sifi Masdi

Thursday, 20-09-2018 | 12:14 pm

MDN
Ilustrasi infeksi penyakit rubella [ist]

 

"Jumlah pasien yang terinfeksi penyakit rubella di Jepang terus meningkat. Bahkan jumlah pasien rubella tahun 2018 lebih tinggi dari 2014." 

 

Tokyo, Inako

Jumlah pasien yang terjangkit penyakit rubella mengalami peningkatan tertinggi pada tahun ini. Japan Today mewartakan pada Kamis (20/9/2018), infeksi rubella tahun ini telah menyerang 496 orang.

Jumlah tersebut jauh lebih banyak dari jumlah pasien penyakit rubella pada tahun lalu, yaitu 93 orang. Pada 2013, Jepang mengalami wabah rubella besar, dengan lebih dari 14.000 orang terinfeksi.

Kasus infeksi sejak itu menurun tetapi telah kembali meningkat sejak akhir Juli tahun ini, dengan jumlah tahunan pasien mencapai tingkat tertinggi sejak 2014. Institut Nasional Penyakit Menular mencatat, mayoritas kasus infeksi rubella yang dilaporkan pada 2018 terjadi di area Tokyo dan prefektur di sekitarnya.

Data menunjukkan, jumlah pasien penyakit rubella di Tokyo mencapai 32 orang, diikuti oleh 27 pasien di Chiba, 19 di Kanawaga, dan masing-masing 11 pasien di Saitama dan Aichi.

Para pasien pengidap rubella juga termasuk banyak pria berusia 30 tahun hingga 50-an tahun yang belum divaksin secara memadai. Padahal, penyakit menular ini bisa menjangkiti orang lain melalui batuk dan bersin.

Dalam rentang waktu sepekan hingga 9 September 2018, jumlah pasien rubella dilaporkan naik menjadi 127 orang dari 81 orang pada minggu sebelumnya. Otoritas mendesak agar pria dewasa untuk segera ikut vaksinasi sehingga dapat melindungi perempuan dan anak-anak.

Seperti diketahui, infeksi rubella dapat mengancam kesehatan yang serius apabila diderita oleh perempuan pada tahap kehamilan. Mereka cenderung dapat melahirkan bayi dengan gangguan jantung, pendengaran, dan katarak. Gejala rubella antara lain demam, sakit tenggorokan, dan ruam, serta masa inkubasinya 2-3 minggu.


 

KOMENTAR