Kayu Putih Cocok Ditanami Di Daerah Bekas Tambang

Binsar

Friday, 30-11-2018 | 10:19 am

MDN
Pohon Kayu Putih [ist]

Jakarta, Inako –

Revegetasi atau program penghijauan kembali lahan-lahan bekas tambang merupakan sebuah keharusan demi menjaga keseimbangan ekosistem yang ada khususnya daerah bekas pertambangan.

Dalam konteks itu, pemilihan jenis pohon yang akan ditanaman juga perlu menajdi perhatian dalam melakukan penghijauan itu. Hal itu dimaksudkan agar tanaman yang ditanam bisa memberi dampak komersial atau ekonomis bagi warga yang tinggal di sekitar areal bekas tambang.
Terkait hal itu, kayu putih dinilai banyak kalangan sebagai jenis pohon ayng cocok untuk ditananm di daerah itu.

Menurut pengajar dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Irdika Mansur, program konservasi biodiversitas pada lahan-lahan berkas tambang merupaak sebuah keharusan. 

Namun ia mengingatkan agar pohon yang ditanaman harus bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu Irdika kemudian memberikan alternatif solusi dengan berbagai pilihan tanaman dalam program revegetasi lahan bekas tambang disertai perhitungan keekonomiannya.

"Sereh Wangi, sebagai contoh, dapat menjadi 'cover crop' (tanaman penutup) yang baik berdampingan dengan kayu putih menggantikan tanaman kacang-kacangan yang saat ini lazim dipakai di perkebunan masyarakat," katanya, di Jakarta, Kamis. 

Menurut dia, kacang-kacangan menyuburkan tanah, tapi berpotensi menghambat pertumbuhan tanaman perintis, selain itu mengundang hewan ternak memasuki kawasan revegatasi. 

Sementara itu kayu putih dapat juga dimanfaatkan sebagai spesies tanaman dalam program revegetasi lahan bekas tambang, terutama karena permintaan komoditas ini di Tanah Air mencapai 2 juta ton per tahun.

“Saat ini produksi kayu putih Indonesia hanya 500.000 ton per tahun,” katanya peneliti dari Southeast Asian Regional Centre For Tropical Biology itu.

Dia menegaskan, selain kayu putih masih banyak potensi tanaman yang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Koordinator Riset Kebun Raya Purwodadi Sugeng Budiharta mengatakna,  konservasi biodiversitas merupakan upaya menekan laju kehilangan plasma nutfah.

"Untuk itu, perlu proses identifikasi yang memadai terhadap aspek-aspek pendukung kehidupan tanaman, selain juga aspek kemanfaatannya. Tanpa itu, keberlanjutan biodiversitas itu akan terancam," katanya.

Direktur Pembangunan Berkelanjutan dan Pengelolaan Resiko  PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITM) Ignatius Wurwanto mengatakan, pembangunan berkelanjutan bagi perusahaan pertambangan merupakan salah satu bentuk strategi perusahaan untuk  investasi sosial jangka panjang yang kelak akan dirasakan masyarakat sekitar daerah operasi tambang.

Menurut dia, ITM telah mengembangkan peta jalan operasi penambangan yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang. 
 

KOMENTAR