Kebiasaan Berbohong Bisa Memicu Penyakit Tertentu

Binsar

Friday, 05-10-2018 | 16:11 pm

MDN

"Penelitian di  University of Notre Dame menyimpulkan kebohongan yang menjadi kebiasaan akan membawa efek kesehatan tidak baik bagi seseorang"

 

Jakarta, Inako –

Berbohong atau menipu ternyata bisa memicu timbulnya penyakit tertentu. Ini tentu menjadi peringatan bagi mereka yang kerap berbohong atau menipu sesamanya dalam hidup.

Sebuah penelitian yang dilakukan sejumlah pakar di penelitian di  University of Notre Dame yang melibatkan 110 responden menjelaskan hubungan antara kebiasaan berbohong dengan penyakit yang diderita seseorang. 

Penelitian itu menjelaskan prosedurnya sebagai berikut. Separuh responden diminta berhenti atau mengurangi berkata bohong selama 10 pekan, sedangkan responden separuh lainnya tidak diberi instruksi khusus agar tidak berbohong.



Responden rata-rata berusia 18 - 71 tahun wanita dan pria. Selanjutnya, responden harus datang ke laboratorium setiap minggu untuk mengisi kuesioner kesehatan dan menjalani tes polygraph yang bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kebohongan yang dilakukan selama seminggu.

Hasil penelitian ini pun sangat mengejutkan. Responden dari kelompok yang tidak berbohong mengatakan bahwa ketika mereka tidak mengatakan kebohongan lebih dari tiga kali dalam seminggu, mereka merasakan adanya penurunan gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, ketegangan, dan kecemasan.

Sementara itu, keadaan yang dialami responden yang datang dari kelompok yang diminta berhenti berbohong, dibandingkan dengan keadaan responden kelompok yang tidak diminta berhenti berbohong.

"Hubungannya cukup jelas. Tidak berbohong berkaitan dengan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi individu. Saya pikir itu cara yang menarik untuk melihatnya," ujar Anita Kelly selaku peneliti seperti dilansir HealthDay.

Fakta lainnya ditemukan bahwa kelompok yang diminta mengurangi bohong, berisiko tiga sampai empat kali lebih sedikit mengalami gangguan kesehatan mental dan fisik dalam waktu seminggu dibandingkan kelompok yang tidak diminta tidak berbohong.

Kelompok tanpa bohong juga mengaku hubungan pribadinya juga semakin membaik dan interaksi sosial semakin lancar.

Menariknya, beberapa responden berhasil menemukan cara cerdas untuk menghindari berkata bohong. Salah satunya dengan mengatakan prestasi sebenarnya yang dicapai dalam keseharian tanpa harus membesar-besarkan pencapaiannya. Untuk mengalihkan perhatian penanya, sebagian responden menanggapi pertanyaan yang menyulitkan dengan pertanyaan lain.



Kemudian, beberapa responden juga berhenti membuat-buat alasan palsu atas keterlambatan atau kegagalannya saat menyelesaikan tugas.

"Saya kira berbohong dapat menimbulkan banyak stres, menyebabkan kecemasan dan bahkan depresi. Mengurangi kebohongan tidak hanya baik untuk hubungan, tapi juga baik untuk diri sendiri. Kebanyakan orang tahu dampak buruk dari berbohong terhadap hubungan, tapi tidak mengenali sejauh mana kebohongannya itu dapat menyebabkan stres," kata Dr Bryan Bruno, psikiater di Lenox Hill Hospital di New York City.

Kelly menjelaskan, penelitiannya berbeda dari literatur ilmiah lainnya karena tidak berfokus pada cara mendeteksi kebohongan, namun menekankan pada dampak kesehatan yang disebabkan dari berbohong.

 

KOMENTAR