Kemiskinan Menghalangi Lahirnya Manusia Berkualitas

Binsar

Tuesday, 12-09-2023 | 14:33 pm

MDN
Herman Hemmy, Bakal Calon Bupati Manggarai Timur, NTT [dokumentasi peribadi]

 

Oleh: Herman Hemmy

(Bakal Calon Bupati Manggarai Timur)

 

Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi, sehingga tidak mudah untuk mengukurnya. Akan tetapi, meski bersifat multidimensi, secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Ada banyak konsep untuk menjelaskan kemiskinan. Salah satu konsep yang diterapkan di banyak negara, termasuk Indonesia, adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan konsep ini, definisi kemiskinan yang sangat luas, mengalami penyempitan makna, karena hanya dipandang  sebagai ketakmampuan   dari   sisi   ekonomi   untuk   memenuhi   kebutuhan   dasar.

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar mengakibatkan orang mengalami gizi buruk. Gizi buruk akan menghambat pencapaian tiga dimensi pembangunan manusia yaitu: kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli.

 

Ilustrasi kampung di Matim 

 

Pada dimensi kesehatan, kurangnya asupan gizi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga rentan terserang penyakit.  Kondisi gizi buruk pada masa kanak-kanak, akan mengganggu tumbuh kembang anak, yang pada gilirannya akan menyulitkan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam   menyiapkan   sumber   daya   manusia (SDM) yang berkualitas.

Anak balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang, baik fisik maupun intelegensi, kelak ketika   dewasa   cenderung   kurang mampu bekerja optimal, dan hal itu terlihat dari kecenderungan produktivitas yang rendah.

Secara singkat, kekurangan gizi pada anak akan membawa beberapa dampak negatif, antara lain:

Pertama, rentan mengalami gangguan kesehatan akibat dari daya imun tubuh yang rendah. Kedua, pertumbuhan fisik yang kerdil atau yang dikenal dengan istilah stunting dan juga tingkat kecerdasan yang rendah. Kecerdasan seorang anak, sangat ditentukan oleh asupan gizi yang terjadi pada usia emas (golden age). Usia emas adalah usia anak dari nol tahun hingga lima tahun.

Ketiga, gizi buruk berdampak pada rendahnya prestasi akademik anak di sekolah, yang pada gilirannya akan sangat sulit berkompetisi secara baik dalam karier.

Keempat, dalam kondisi miskin, seseorang akan sangat sulit menciptakan masa depan yang lebih baik.

 

Ilustrasi

 

Kelima, dalam konteks kehidupan sosial, manusia yang miskin akan menjadi beban bagi pemerintah dan masyarakat karena kurang mampu berinovasi untuk meningkatkan kualitas hidup.

Keenam, kemiskinan memicu lahirnya kriminalitas serta bentuk kejahatan lain seperti menipu dan tindakan-tindakan melawan hukum lainnya.

Jadi jelas, kemiskinan memiliki dampak yang begitu besar terhadap kehidupan seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam konteks Manggarai Timur (Matim), kemiskinan menjadi problem utama yang menghambat lahirnya sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Masalah ini tentu saja harus menjadi perhatian utama pemimpin dan calon pemimpin di Matim di masa yang akan datang.

    

 

 

KOMENTAR