Kemuliaan Politik dan Maslahat Publik

Oleh : Supendi Samian.S,E.M,M
Wakil ketua PCNU Indramayu
Indramayu, Inako
Dalam pandangan Aristoteles politik adalah jalan mulia dan beradab untuk tujuan luhur, yaitu membentuk tata kelola pemerintahan untuk melayani kebutuhan rakyatnya. Itulah, antata lain, makna politik sebagai perangkat demokrasi. Dari rakyat, oleh dan untuk rakyat. Dengan kata lain, demokrasi adalah panggung politik, suatu medium pertemuan dan jaringan kerja sama yang terintegrasi untuk membela dan mensejahterakan rakyat .
Dalam pemahaman penulis "dari rakyat" pada hakekatnya adalah rakyat sebagai obyek dan pelaku politik. Oleh rakyat adalah rakyat sebagai subyek, bisa dipilih dan memilih, baik mencalonkan, ataupun dalam memilih dan menentukan pimimpinnya. Untuk rakyat sebuah hasil dari proses kemuliaan hak memilih dan dipilih dalam rangka membangun peradaban kehidupan sosial, budaya dan ekonomi yang berkeadilan.
Karena itu, makna demokrasi ibarat rumah dari manusia - manusia pilihan untuk menjalankan fungsi mengerjakan tugas dan kewajiban dalam menciptakan kehidupan yang sejahtera dan membangun karakter generasi yang cerdas dan bermartabat menuju kehidupan yang penuh dengan keberkahan.
Demokrasi dijalankan oleh sebuah proses politik dan prilaku politik yang berorentasi memanusiakan manusia, jauh dari orientasi menumpuk kekayaan dan membangun dinasti. Politik dimaknai secara aplikatif untuk proses transformasi peradaban publik. Sebuah dinamisasi kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, kompetitif, progresif, visioner dan etis.
Sehingga Politik dan prilaku politik diikat tanggung jawab membawa amanat dan mandat rakyat dalam menjaga kemulian pilihan rakyat, karena suara rakyat adalah suara Tuhan.
Proses ini akan menciptakan sebuah perabadan manusia, dengan menggunakan akal dan ilmunya menuju kebaikan yang berkeadilan, sesuai Surat An-Nahl ayat 90. “Sungguh Allah memerintahkan (kamu) untuk berbuat adil dan berbuat baik.
Imam atau pemimpin, kata Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ibarat seorang suami, seorang istri, seorang ayah, seorang ibu, seorang anak, seorang guru, seorang murid dan lain sebagainya yang mengemban kewajiban tertentu serta menempatkan segala sesuatu di tempatnya tanpa kelebihan dan tanpa pkekurangan.
Dari proses kemuliaan politik dan prilaku politik inilah akan tercapainya tujuan hidup dalam pemenuhan asas / fondasi yang menjadi faktor pengendali kehidupan masyarakat yaitu :
1. Agama yang diikuti
2. Penguasa/pemimpin yang kuat
3. Keadilan yang merata
4. Rasa aman yang menyeluruh
5. Tanah yang makmur atau terpenuhnya kebutuhan ekonomi
6. Harapan positif tentang masa depan
( Al-Mawardi Dalam Al-Ahkam As-Sulthaniyah )
Walllahu a‘lam
TAG#Indramayu, #PCNU
190215341

KOMENTAR