Kondisi Populasi Orangutan Kalimantan Versi Peneliti dan Pemerintah

Binsar

Tuesday, 21-08-2018 | 10:58 am

MDN
Tiga pengasuh membawa pulang Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) asuhannya usai berlatih hidup di alam [ist]

Jakarta, Inako –

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan peneliti dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman, Maria Voigt menampilkan data yang berlawanan soal kondisi populasi orangutan terkini di Kalimantan.

Data hasil penelitian kedua pihak dirilis bertepatan dengan peringatan Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada 19 Agustus kemarin.

Dalam laporannya, peneliti Maria Voigt mengatakan bahwa kondisi populasi orangutan Kalimantan dewasa ini sudah kritis karena mengalami penurunan yang tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Melalui keterangan yang diterima media di Jakarta, Minggu (19/8), Maria Voigt mengatakan berdasarkan pada ciri-ciri riwayat berkembang biak orangutan, tingkat pertumbuhan cepat yang diklaim pemerintah Indonesia sulit diterima.

Menurutnya, dari kompilasi data komprehensif observasi yang ada, mereka memperkirakan terjadi penurunan 25 hingga 30 persen antara tahun 2005 dan 2015. Jadi tidak mungkin hanya dalam satu tahun ada perubahan menyeluruh dalam situasi ini, katanya.

Angka yang dilaporkan Maria Voigt berbanding terbalik dengan data pemerintah Indonesia yang mengklaim populasi orangutan telah meningkat lebih dari 10 persen pada kurun waktu 2015 sampai dengan 2017.

 

Klaim peningkatan populasi orangutan ini juga ada dalam laporan terbaru Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Keadaan Hutan Indonesia 2018.

Ini bertentangan dengan temuan tim ilmuwan beranggotakan 41 peneliti yang dipimpin oleh Maria Voigt, yang mempublikasikan penelitian atau tinjauan sejawat mereka pada Maret 2018.

Tim menemukan separuh dari total jumlah orangutan di Kalimantan terkena dampak aktivitas ekstraksi sumber daya alam, dan jumlah mereka menurun lebih dari 100.000 ekor selama 16 tahun terakhir sejak tahun 1999.

"Jika perburuan dan penghilangan areal hutan dapat dihentikan di masa depan, kondisi tersebut bisa berbalik, tetapi sepengetahuan kami ini belum terjadi. Belum jelas bagaimana penulis laporan ini bisa mencapai kesimpulan soal meningkatnya jumlah orangutan," kata salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology Prof. Serge Wich dari Universitas Amsterdam.

 

KOMENTAR