Kubu Jokowi Klaim Unggul di Jabar Sementara Kubu Prabowo Akui Kuasai Jateng

Sifi Masdi

Saturday, 23-02-2019 | 16:57 pm

MDN
Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto [ist]

Jakarta, Inako

Jelang pemilihan presiden dan wakil presiden 2019, para politisi mulai melontarkan klaim atas keunggulan elektabilitas masing-masing pasangan calon yang didukungnya. Kendati demikian, klaim tersebut tidak dibarengi dengan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kubu pendukung pasangan capres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengklaim elektabilitasnya di Jawa Barat saat ini telah melampaui pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pada Pilpres 2014, perolehan suara Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla kalah telak dari Prabowo-Hatta di Jabar.

Sedangkan kubu pendukung Prabowo-Sandiaga mengklaim elektabilitasnya terus meningkat di daerah basis massa pendukung Jokowi, yakni Jawa Tengah.

Jokowi Unggul di Jabar

Anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengklaim elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Jawa Barat sudah mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno per Kamis (14/2/2019). Namun demikian, selisih keunggulan pasangan nomor urut 01 itu relatif ketat.

"02 dan 01 bersaing ketat dan Alhamdulillah per hari ini unggul, unggul 51 persen," kata Cak Imin melalui keterangan tertulis, Kamis (14/2/2019).

Cak Imin menyampaikannya dalam acara Hari Lahir ke-93 Nahdlatul Ulama di Lapangan Prawitasari, Cianjur. Dia kemudian mengklaim bahwa hampir semua warga NU mendukung Jokowi-Ma'ruf.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga menginstruksikan para kader dan relawan PKB untuk terus mengampanyekan Jokowi-Ma'ruf. Mereka diminta bergerak secara door to door.

"Kita gerakkan semua untuk kemenangan 01," kata dia.

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Arsul Sani mengatakan pihaknya cukup puas melihat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Jawa Barat. Sebab, dukungan pemilih di daerah tersebut sudah semakin meningkat. Pada Pilpres 2014, Jokowi kalah suara dibanding Prabowo di wilayah Jabar. Saat itu, pasangan Prabowo-Hatta Rajasa memperoleh 14.167.381 suara (59,78 persen) dan Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh 9.530.315 suara (40,22 persen).

"Kalau kita lihat 2014 itu selisih suara Prabowo-Hatta dengan Jokowi-JK itu kan lumayan besar. Namun, kami sudah bisa agak tersenyum sekarang bahwa dari survei yang kami lakukan, ini sudah comparable," ujar Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/2/2019).

Arsul menuturkan, sejumlah survei menyebut Jokowi-Ma'ruf sudah mengungguli calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga. Meski demikian, ada juga beberapa survei yang menyatakan Jokowi-Ma'ruf belum unggul.

"Tetapi, angkanya sudah jauh lebih kecil dari selisih pada Pilpres 2014. Ini kan menggembirakan," ujar Arsul.

Dukungan Prabowo Meningkat di Jawa Tengah

Klaim serupa juga dilontarkan oleh kubu pendukung Prabowo-Sandiaga. Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Ahmad Muzani mengatakan, elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno naik di Jawa Tengah (Jateng).

Hal itu terjadi karena belakangan ini Prabowo-Sandiaga gencar melakukan kampanye di Jawa Tengah.

"Suara Pak Prabowo di Jawa Tengah sudah mulai meningkat. Suara Jokowi berkurang," ujar Muzani saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/2/2019).

Namun, Muzani tak menyebutkan berapa besar kenaikan elektabilitas Prabowo di Jawa Tengah berdasarkan survei internal yang dilakukan BPN.

Pada awal Februari lalu Prabowo mengunjungi empat kabupaten di Jawa Tengah, yakni Purbalingga, Banjarnegara, Blora, dan Grobogan. Ia didampingi mantan Gubernur Jawa Tengah Letjen TNI (Purn) Bibit Waluyo.

Mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu juga memberikan pidato kebangsaan di Grand Ballroom Hotel Po, Semarang. Jika berkaca pada Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta mengalami kekalahan terbesar di Jawa Tengah.

Selama berkampanye di Jawa Tengah, Prabowo mengangkat sejumlah isu, antara lain isu korupsi, penghentian impor, dan pertanian. Selain itu, ia juga mengkritik perilaku para elite yang kerap mencuri anggaran. Prabowo menilai perilaku tersebut menjadi penyebab tingginya angka kemiskinan.


 

KOMENTAR