KWI Dukung Penuh Konferensi Perdamaian yang Diselenggarakan MUI

Sifi Masdi

Thursday, 25-05-2023 | 12:35 pm

MDN
Sekretaris Eksekutif HAK KWI, Romo Agustinus Heri Wibowo (inakoran]

 

 

 

Jakarta, Inako

Sekreratis Eksekutif Komisi  HAK Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Heri Wibowo memberikan apresiasi kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI)  atas terselenggaranya Konferensi Internasinal  dengan tema Agama, Perdamaian,  dan Peradaban.

 

Romo Agustinus Heri Wibowo (ke-2 dari kiri) [inakoran]

 

 

BACA JUGA: Konferensi Internasional MUI Hasilkan “DEKLARASI JAKARTA 2023”

Romo Heri menilai konferensi  ini sungguh sangat bagus dan tepat karena bisa mengumpulkan semua pihak yang berbeda suku, agama dan bahkan negara di satu tempat yang sama  untuk berbicara pada satu titik  yang sama yakni Perdamian  dan Peradaban untuk kebaikan kita semua.

 

 

 

Ia mengakuai  kegiatan ini merupakan yang pertama yang diselenggarakan MUI. Karena itu, KWI mendukung sepenuh hati, setulus hati, dan siap bekerja sama dan ingin terlibat untuk kegiatan selanjutnya.

“Jadi menurut saya dan sepengetahuan saya, ini merupakan yang pertama diselenggarakan oleh MUI. Dan KWI mendukung dengan sepenuh hati dan setulis hari, dan siap bekerja sama dengan terlibat untuk tindak lanjutnya,” tegas Romo Heri dalam wawancara dengan Inakoran di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (23/5).

 

Foto bersama saat penutupan Konferensi Internasional MUI [inakoran]

 

BACA JUGA: Sekjen Kemenag Resmi Tutup Konferensi  Internasional MUI

Terkait dengan hadirnya para  peserta dan pembicara yang berasal dari berbagai agama, baik dari Indonesia maupun luar negeri, Romo Heri mengatakan bahwa sikap saling menghargai dan keinginan untuk berjumpa dengan umat dari agama lain sesungguhnya sudah diteladankan oleh Paus Fransiskus.

 “Ya, ini sudah diteladankan oleh Paus Fransiskus sendiri. Bagaimana beliau mengusahakan perjumpaan-perjumpaan dengan berbagai pihak untuk membangun kesatuan sebagai persaudaraan insani di tengah bumi yang sama yang kita cintai. Bahkan Paus Fransiskus dalam Ensikliknya Fratelli Tuti (Saudara Sekalian) yang ditulis pada tahun 2020 yang ditandatangani di Asisi, tempat tokoh agama semuanya berkumpul, mengungkapkan bahwa semuannya adalah saudara,” tambah Sekretaris  Komisi HAK KWI itu.

 

 

 

Menurut Heri, dalam Ensklik Fratelli Tuti, Paus Fransiskus dengan tegas  mengatakan bahwa agama-agama itu mengusahakan perdamaian dan keberadaaan agama-agama adalah untuk kemanusiaan.

“Nah kalau agama-agama itu untuk kemanusiaan dan perdamaian, maka kerja sama antar-agama pasti sangat mungkin. Karena intisarinya adalah “memanusiakan manusia. Maka kerja sama antar agama itu sangat mungkin,” tambahnya.

 

Ketua Komisi KAUB Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali [inakoran]

 

BACA JUGA: Survei Litbang Kompas terbaru: 6 Partai Miliki Ambang Batas 4 Persen Selebihnya Tertatih-tatih

Sementara di tempat yang sama, Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama (KAUB) Majelis Ulamat Indonesia (MUI) KH. Abdul Moqsith Ghazali mengatakan bahwa konferensi internasional yang diselenggarakan oleh MUI memiliki dua tujuan yaitu ke dalam dan keluar.

Tujuan ke dalam adalah untuk memperlihatkan bahwa perdamaian, kerukunan, dan toleransi antar umat beragama di Indonesia berjalan cukup baik. Kalau pun ada benturan di beberapa bagian wilayah Indonesia, maka itu hanya merupakan dinamika dari proses bergaul secara sosial.

Suasana konferensi di Hotel Sulatan, Jakarta [inakoran]

 

Sedangkan tujuan keluar adalah untuk memperlihatkan bahwa kerukunan  antar umat beragama  di Indonesia bisa menjadi pilot project bagi peradaban dunia, terutama bagi negara-negara yang dilanda konflik dan ketegangan.

Menurut Ghazali, perang tidak pernah menjadi sebuah solusi bagi sebuah peradaban. Perang itu selalu  menghancurkan peradaban. Karena itu, Majelis Ulama Indonesia, melalui konferensi ini ingin menyerukan kepada dunia untuk menghentikan solusi menyelesaikan konflik dengan cara perang.

“Tidak ada cara lain untuk menyelesaikan konflik di dunia ini selain dengan cara “dialog”,  komunikasi yang intensif, duduk bersama menyelesaikan apa saja yang menjadi hambatan kita di dalam membangun peradaban,” tegas Ghazali.

 

 

 


 

 

 

 

KOMENTAR