Maria Tegai: Papua Kaya Sumber Daya Alam, Tidak Boleh lagi ada Kekurangan Pangan

JAKARTA, INAKORAN
Papua kaya akan sumber daya alam. Tidak boleh lagi ada kejadian kekurangan pangan – kelaparan di Papua. Bahwa selama ini keamanan pangan dan kesehatan yang rentan termasuk didalamnya penyakit yang ditularkan melalui pangan harus diakhiri di Papua.
Hal ini disampaikan Ketua Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Provinsi Papua, Maria F.A Tegai, SH., MH, di Jayapura (4/4/2023).
“Pangan ini kebutuhan setiap manusia. Budaya orang asli Papua makan umbi-umbian (ketela Pohon, talas, gembili, sagu, jagung dan lain-lain) bahkan saat ini orang-orang yang sudah lama berdomisili di Papua makanannya juga sagu (Papeda),” ujar Maria F.A Tegai.
Namun demikian, petani kita selama ini identik dengan hidup miskin dan serba kekurangan. Ini terjadi karena pemberdayaan ekonomi petani belum berjalan dengan baik.
Pemberdayaan masyarakat dalam penguatan pangan lokal, termasuk juga padi menjadi keniscayaan. “Posisi Perempuan Tani HKTI adalah hadir ditengah-tengah petani untuk bersama-sama melakukan perubahan terutama hilirisasi hasil pertanian”, ungkap Maria F.A Tegai.
Sebagai contoh, Perempuan Tani Indonesia Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Papua bekerja bersama masyarakat Kampung Amgotro Distrik Yaffi, Kabupaten Keerom bekerjasama dalam meningkatkan nilai tambah hasil pertanian seperti jagung, umbi umbian, kacang tanah, kacang hijau, dan cabe.
Kerjasama tersebut dalam rangka pengembangan ekonomi petani. “Secara teknis yang kami lakukan mengangkut hasil panen langsung dari Kampung Amgotro Distrik Yaffi Kabupaten Keerom menuju ke tempat penampungan Perempuan Tani HKTI di Jalan Bumi Perkemahan (Buper) Waena Kota Jayapura untuk kemudian dilakukan penyangraian seperti Kacang Tanah yang butuh waktu 30-35 menit dalam prosesnya dan selanjutnya di kemas untuk di pasarkan”, tegasnya.
“Demikian pula dengan jagung setelah melalui proses pengeringan dengan mesin, selanjutnya diolah menjadi pakan ternak. Sagu juga sama, diolah menjadi beragam makana ringan,” ungkap perempuan bergelar magister hukum asal Jayapura Grimenawa
“Kami optimis bahwa apa yang kami lakukan bersama-sama masyarakat Kampung Amgotro bisa memajukan ekonomi keluarga petani di Papua dan ini harus dimulai dari tingkat tingkat kampung-distrik-kabupaten/kota,” ucapnya.
Pertanian di Papua harus sudah berbasis industri setidaknya UKM bisa bertumbuh dan ini akan menjadi penyuplai permitaan (kebutuhan) industri besar seperti jagung untuk pakan ternak.
Perempuan Tani HKTI menargetkan adanya giat kerja pertanian bisa menciptakan ketahanan pangan dan ini harus diseriusi oleh semua pihak baik Pemda Provinsi Papua, Pemda Kabupaten/Kota dan penyuluh untuk mengatualkan potensi pertanian di daerahnya masing-masing.
Lebih jauh ekonomi keluarga petani mengalami peningkatan, tidak terjadi kesenjangan. Mereka bisa hidup mandiri. “Dan pada akhirnya akan mengurangi masalah-masalah sosial di masyarakat karena perubahan pola hidup yang lebih baik”, imbuhnya.
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang didalamnya ada Perempuan Tani sebagai CSO siap bermitra dengan pemerintah, untuk mengembangkan berbagai potensi pertanian yang ada. Oleh karena itu, perhatian dan dukungan nyata dari pemerintah sangat di butuhkan.
“Dan terkait legitimasi keberadaan kami perempuan tani sebagai mitra pemerintah maka perlu adanya kerjasama yang kuat sehingga secara kelembagaan lebih mantap dalam menjangkau peningkatan potensi ekonomi petani,” tutup Maria Tegai.
TAG#PAPUA, #RUMAH TANI
190215093
KOMENTAR