Masyarakat Adat Terlaing Siap Gugat Adullah Duwa Warga Rangko

Jakarta, INAKORAN
Penerbitan sejumlah sertifikat di kawasan Menjerite, Rangko dan sekitar diduga menggunakan alas hak Saudara Abdullah Duwa. Sertifikat tanah ini bermasalah karena Saudara Abdullah bukan pihak yang berhak mengeluarkan alas hak dalam proses penerbitan setifikat. Langkah Duwa ini diduga sebagai salah satu biang kerok kemelut di kawasan Menjerite dan sekitarnya.
BACA:
Pam Swakarsa akan Tumbuh dari Kearifan Lokal, Polri hanya sebagai pembina, kata Beny Mamoto
Kemelut ini diawali Saudara Duwa memposisikan diri sebagai Tua Golo Rangko. Posisi diri sebagai Tua Golo adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Pertama, ia bukan asli Manggarai dan tempat tinggal di Rangko bukan kampung adat.
Kampung Rangko yang berada di wilayah lingko Kombong adalah tanah ulayat masyarakat Terlaing. Ia bukan warga adat Terlaing atau Lancang. Ia, dan leluhurnya berasal dari luar Manggarai Barat.
Dalam tradisi adat Manggarai, jika pendatang hidup dalam satu komunitas adat, ia tidak memiliki hak atas tanah adat. Sebagai pendatang, Saudara Abdullah Duwa menyatakan diri sebagai “Tua Golo” adalah tidak benar. Ini benar-benar menabrak tatanan adat Manggarai. Posisi Tua Golo adalah posisi terhormat dan sakral dalam tatanan adat.
Dalam tatanan adat Manggarai, kultur masyarakat adat dilandasi lima dasar utama yaitu memiliki mbaru gendang (rumah adat), compang (mesbah sakral) wae tiku (mata air), Natas (ruang bermain di depan rumah adat) dan lingko (tanah adat). Tatanan ini dijaga oleh seorang Tua Golo.
Kampung Rangko, tempat kediaman saudara Abdullah Duwa adalah kampung nelayan, bukan kampung adat. Sebagian besar warga Rangko adalah pendatang dan pekerjaan mereka sebagai nelayan. Tetapi mereka sudah dianggap saudara karena sudah lama menempati kawasan itu. Pekerjaan mereka di laut dan masyarakat adat menyerahkan tanah di sekitar tempat tinggal mereka untuk “pari nakeng” tempat jemur ikan.
Kampung Rangko, yang nama aslinya Timbus, berada di Lingko Kombong. Lingko Kombong dan Nerot adalah tanah adat masyarakat Terlaing, yang berbatasan dengan Lingko Menjerite ,tanah adat masyarakat Lancang. Saudara Abdullah Duwa tidak berhak mengeluarkan alas hak atas tanah adat di Lingko Kombong dan Nerot.
Jika ada sertifikat tanah di kawasan Kombong dan Nerot dalam proses penerbitannya dengan menggunakan Saudara Abdullah Duwa, maka sertifikat itu bermasalah dan berpotensi masuk persoalan hukum.
TAG#MASYARAKAT ADAT, #TERLAING, #HENDRIK JEMPO, #MABAR, #TANAH ADAT, #FLORES NTT, #KOMODO, #DESTINASI WISATA
190232140

KOMENTAR