Memaknai Hari Jadi Indramayu ke-494 Ala GusDur dan GusMus

Hila Bame

Tuesday, 05-10-2021 | 19:26 pm

MDN

 


Oleh   : Adlan.Daie.
Penulis juara pertama lomba menulis puisi prosa piala Bupati Indramayu(1995)

 

JAKARTA, INAKORAN

Penulis tiba tiba teringat pengantar canggih GusDur atas buku "Mati Ketawa Ala Rusia"(1986), kumpulan lelucon politik para penguasa dan puisi "kocak" GusMus berjudul "Negeri Amplop" saat melihat betapa berlimpah ruahnya beragam spanduk (sebagian dimobilisir secara sistemik) di pojok pojok desa dan bergelantungan di pagar pagar kantor instansi dan di ruang publik lainnya menyampaikan ucapan selamat Hari Jadi Indramayu ke 494 lengkap dengan tampang fotonya dalam ukuran variatif.


BACA:  

Komitmen Terapkan NLE, Single Submission Pabean Karantina Diperluaskan ke Merak

 



Tentu tidak salah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif pusat dan daerah mengekspresikan cintanya pada "Indramayu" dengan cara spanduk di atas meskipun sejatinya ditangkap publk bahwa pesan sesungguhnya hendak "menjual tampang foto" di ruang publik untuk investasi masa depan politiknya.

Rakyat membutuhkan pemulihan ekonomi pasca terdampak panjang pandemi covid 19  justru dibombardir  spanduk.dari segala penjuru mata angin menindih "sumoek" suasana kebatinan  mereka. Lucu sekali, bukan ?


Kelucuan para pejabat seperti itulah yang dulu "ditertawakan" GusDur dalam.kata pengantar buku "Mati Ketawa Ala.Rusia" di atas. Lucu, konyol.dan "tak ada logika", mengutip judul lagu "hit" Agnes Monica.

Dalam falsafah kepemimpinan jawa, itulah yang dimaksud pemimpin "Rumongso bisa nanging ora bisa rumangsa", merasa bisa tapi tidak bisa menangkap "rasa" dan pikiran yang dikehendaki kolektivitas rakyatnya.

Betapa canggihnya GusDur mengajarkan rakyat mentertawakan pemimpinnya saat di atas ketakutan yang dirancang sistemik.


Problem Indramayu saat ini berdasarkan data BPS tahun 2020 adalah problem rendahnya IPM masyarakatnya, di urutan kelima terbawah dari 27 kab/kota di Jawa Barat.

Artinya, derajat kesehatannya rendah, kualitas pendidikannya tidak kompetitif dan kemampuan daya belinya "lemah gemulai". Akar hulunya adalah korupsi, jual beli jabatan, ijon proyek, bisnis layanan publik dan rekayasa belanja operasional. Dalam puisi satire GusMus disebut "negeri  amplop" seperti kutipan puisinya berikut ini :


"Amplop amplop di negeri amplop
Mengatur hal hal yang tak teratur menjadi teratur
Hal hal yang teratur menjadi tidak teratur
Memutuskan putusan yang tak putus
Membatalkan putusan yang sudah putus".


Pesan moralnya mari kita maknai peringatan Hari Jadi Indramayu ke 494 ini secara "bermartabat", yakni mengawal pejabatnya jujur, amanah dan tidak lucu lucu seperti di "negeri amplop" nya GusMus dan tidak "mati ketawa" ala lelucon politik GusDur.

Tugas pemimpin dan pejabat bukan "melawak" dan pura pura bermartabat dengan spanduk bergelantungan di ruang publik melainkan mengangkat derajat IPM rakyatnya naik secara terhormat dan bermartabat.


Selamat Hari Jadi Indramayu ke-494.

 

KOMENTAR