Mengalahkan Petahana

Oleh. : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat
Indramayu, Inako
Mengalahkan petahana tentu tidak mudah meskipun selalu terbuka kemungkinan untuk dikalahkan. Riset data penulis terhadap tiga pilkada serentak, yakni tahun 2015, tahun 2017 dan tahun 2018 prosentase sukses calon petahana mempertahankan posisinya secara akumulatif sebesar 70% berbanding tingkat kegagalannya sebesar 30%.
Di pilkada serentak tahun 2015 petahana yang gagal mempertahankan posisinya sebagai kepala daerah sebesar 36,18% dari dari total 167 petahana yang mengikuti kontestasi elektoral. Di pilkada serentak tahun 2017 angka prosentasenya mengalami kenaikan sebesar 38,11% dan di pilkada serentak tahun 2018 dari 171 daerah penyelenggara pilkada ada 37,43% petahana gagal mempertahankan posisinya.
Dua di antara yang relevan untuk studi politik elektoralnya dalam konteks Pilkada Indramayu 2020 adalah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dan Kabupaten Lumayang, Jawa Timur antara lain karena level pilkadanya sama-sama tingkat kabupaten dan basis sosialnya beretnis Jawa relatif sama dengan Kabupaten Indramayu meskipun varian kulturnya sedikit berbeda. Di dua kabupaten inilah petahana kalah tidak dalam posisi kontestasi bersifat head to head melainkan diikuti tiga pasangan calon.
Pendalaman analisis atas tumpukan data elektoral baik pra maupun pasca hasil pilkada di dua kabupaten di atas menunjukkan bahwa peta elektoral tidak selalu terbelah dalam garis demarkasi antara petahana dan non petahana . Teori melting pot, yakni menumpuknya varian elektoral dalam satu pasangan calon tidak terjadi melainkan mencair mengikuti gerakan efektif tim pemenangan dan magnit isu-isu sentralnya.
Pemetaan survei elektoral pasangan non petahana menuntunnya untuk mengunci rapat jaringan birokrasi melalui gerakan daya ganggu secara terstruktur, sistemik dan massif sehingga salah satu kekuatan jaringan ampuh petahana khususnya di pulau Jawa yang dominan paternalistik secara sosial melemah manuver dan muslihat politiknya di basis-basis elektoral petahana.
Kepiawaian menciptakan momentum untuk menyatukan gelora perlawanan rakyat atas petahana melalui pemetaan survei elektoral, sistem kerja solid, efektifitas tim daya ganggu dan barisan rapat tim juru bicara terlatih dan fasih menarasikan isu-isu jijiknya kejahatan korupsi dan pentingnya pergantian rezim penguasa bagi para pemilihnya salah satu variabel lain yang menyempurnakannya.
Dalam konteks Indramayu berdasarkan riset penulis atas data pilkada tahun 2005, tahun 2010 dan tahun 2015 basis rezim petahana terkonsentrasi di basis pemilih pertanian yang mudah ditundukkan jaringan birokrasi. Jika basis elektoral di atas dapat dibongkar kemapanannya berbasis riset survey prilaku pemilih dengan mengunci rapat jaringan birokrasi dan memviralkan secara massif kasus OTT KPK di ruang publik (bukan sekedar media sosial) dengan bahasa gaul mereka akan terjadi eksodus migrasi pilihan dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020 ini.
Terus terang sampai tulisan ini dibuat belum terdapat
tanda-tanda sebagaimana dikonstruksikan gambarannya di atas rezim petahana (siapapun calon bupati yang diusungnya) akan tumbang dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020. Rezim petahana berjalan normal dengan muslihat birokrasinya walaupun kasus OTT KPK mengganggu massifikasi gerakannya. Di sisi lain, poros non petahana lelah di area perebutan rekomendasi partai dengan drama selfi-selfi dan deklarasi. Gerakan memotong trend elektoral rezim petahana hanya ala kadarnya.
Kasus OTT KPK yang menjerah H.Supendi, mantan bupati sekaligus ketua DPD Partai Golkar, pejabat pelaksana teknis dan seorang broker swasta yang perjalanan penyidikan dan persidamgan tersangkanya mulai menggambarkan tali temali sistemiknya bukan alat ukur final untuk mengambil kesimpulan melompat dan buru-buru mengklaim rezim petahana akan kalah dan game over kecuali sekedar cara Tuhan membuka halaman pertama perubahan.
Di tangan orang orang yang berjiwa gelora perubahanlah akan hadir perubahan, tentu perubahan ke arah yang lebih baik. Fa ida 'azamta, fa tawakkal "Alallahi, apabila kalian telah bertekat membulatkan niat untuk menghadirkan perubahan janganlah terbersit sedikitpun keraguan kecuali berhimpun dalam irama barisan rapat kerja keras, kerja cerdas dan bertawakallah ke kepada Allah (QS. Al imran, 159).
Semoga bermanfaat.
TAG#Indramayu, #Pilkada Indramayu, #Ott KPK, #petahana
190231897

KOMENTAR