Morsinah Katimin Jual Jamu Di Amerika Serikat, Mau Tau Racikannya?

Hila Bame

Thursday, 27-09-2018 | 12:02 pm

MDN
Jamu asli Indonesia (ist)

 

Jakarta, Inako

Jamu, tidak sekedar mimuman penghangat tubuh bahkan dimaknai sebagai obat kesehatan (medicine) bagi masyarakat Indonesia. Budaya minum jamu bagi masyarakat Indonesia telah terjadi sejak dahulu kala. 

 

Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal.

Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing, empedu ular, atau tangkur buaya.

Seringkali kuning telur ayam kampung juga dipergunakan untuk tambahan campuran pada jamu gendong.

Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya. Bahkan ada pula jamu yang ditambah dengan anggur. Selain sebagai pengurang rasa pahit, anggur juga berfungsi untuk menghangatkan tubuh.

Ekonomi masyarakat perdesaan kadangkala bergantung pada pejualan jamu gendong atau warung jamu misalnya seperti kita saksikan sepanjang pesisir  utara Pulau Jawa. 

 

Dan Morsinah melalangbuana hingga negeri Donald Trump, Amerika Serikat menjajakan minuman jamu asli Indonesia, seperti dilansir Inakoran.com dari Voice Of Amerika, Kamis, (27/9). 

Ibu Morsinah Katimin menjelaskan,  Morsinah kecil, kurang sajen, karena waktu kecil kerap mengamuk ketika sedang marah. Inilah yang menjadi inspirasi Morsinah ketika memberi label "Sajen" pada produk jamu dan dan sambal yang dirintisnya di Amerika.

Morsinah, diaspora Indonesia yang menetap di San Francisco ini, menawarkan 4 rasa jamu yang dijual dengan harga 5 dolar atau sekitar 70 ribu rupiah sebotol yaitu kunyit, jahe kunyit, cengkeh kayumanis, dan jahe lengkuas.

Selain jamu, "Sajen Store" juga menawarkan sambal. "Sambal sedang naik daun di Amerika. Banyak warga Amerika yang sudah pernah pergi ke Indonesia menyukai sambal, tapi mereka tidak tahu bagaimana membuatnya," ujar Morsinah.

Upaya Morsinah memperkenalkan sambal ke publik Amerika tidak sia-sia. Pada tahun 2018, sambal sate buatannya berhasil memperoleh penghargaan "Good Food".

Sambal sate buatan Morsinah berhasil memperoleh penghargaan "Good Food" pada tahun 2018.

Pelatihan Dapur Umum Dorong Morsinah Berwirausaha

Ibu Morsinah 

 

Morsinah yang lulusan Universitas Colombia, New York ini dulunya bekerja sebagai konsultan di berbagai badan dunia PBB. Ia terjun ke dunia wirausaha tahun 2010 dengan bantuan "La Cocina", organisasi nirlaba yang mengelola dapur bersama untuk usaha rintisan di bidang kuliner.

"La Cocina" menyediakan ruang dapur komersial, bantuan teknis dan bisnis, serta akses ke peluang pasar dan penjualan. "Kami kebanyakan membantu imigran perempuan, warga non kulit putih dan mereka yang jarang memperoleh kesempatan kepemilikan bisnis di industri makanan," jelas Leticia Landa, Wakil Direktur "La Cocina".

Morsinah yang berasal dari Parakan, Jawa Tengah, adalah orang Asia dan Indonesia pertama yang menjadi peserta program pelatihan di "La Cocina" hingga tahun 2014. Berbekal pengalamannya ikut dalam program pelatihan di "La Cocina",

Morsinah memberanikan diri terjun ke industri makanan. Awalnya ia tidak mau menjual jamu karena dianggapnya kuno. Tapi ia berubah pikiran setelah mempelajari banyaknya khasiat jamu dan setelah mendapat dukungan dari Leticia yang menekankan bahwa produk jamu Morsinah dianggap unik dan pantas dilempar ke pasar, selain karena rasanya pun enak.

Dalam mempromosikan sambal produksinya, Morsinah selalu menekankan kalau sambal adalah makanan leluhurnya dari Indonesia, yang dijualnya dengan harga sekitar seratus ribu rupiah.

TAG#Jamu, #Herbal, #Amerika Serikat

198737242

KOMENTAR