Para Ahli: Belum Cukup Bukti Bahwa Mengkonsumsi Vitamin D Dapat Mencegah COVID-19

Jakarta, Inako
Para peneliti menemukan bahwa beberapa kelompok mungkin lebih rentan terhadap penyakit dan efeknya, dibandingkan kelompok lain.
Ini termasuk orang dengan kondisi kesehatan yang ada, orang tua, perokok, dan mereka yang kekurangan vitamin D.
Banyak penelitian juga menemukan bahwa vitamin D sebenarnya dapat digunakan sebagai metode pengobatan dan pencegahan potensial untuk COVID-19.
Saat para peneliti mengeksplorasi peran vitamin D dalam kekebalan, dan kekurangan nutrisi yang meluas di antara populasi global dan mereka yang terinfeksi COVID-19, keyakinan bahwa vitamin D dapat menjadi salah satu cara potensial untuk mengurangi keparahan penyakit dan risiko kematian akibat COVID-19 semakin kuat.
Tidak cukup bukti untuk mendukung vitamin D sebagai pengobatan atau pencegahan COVID-19.
Namun, meski banyak orang mengatur pola makan, paparan sinar matahari, dan bahkan mengonsumsi suplemen untuk memastikan pencegahan COVID-19 dan kekebalan yang lebih kuat terhadap penyakit tersebut, para peneliti sekarang mengatakan bahwa mungkin belum ada cukup bukti untuk mendukung vitamin D sebagai potensi pengobatan atau metode pencegahan COVID-19.
Menurut laporan di DailyMail, 'tidak ada cukup bukti' bahwa mengonsumsi vitamin D dapat mencegah atau mengobati Covid-19, menurut tinjauan Pemerintah Inggris.
Namun, para pejabat masih merekomendasikan agar orang-orang mengambil nutrisi sinar matahari yang meningkatkan kekebalan selama musim dingin.
Menteri Kesehatan Matt Hancock telah memerintahkan peninjauan cepat terhadap efek vitamin pada Covid pada bulan Oktober setelah dia dikritik karena menghapusnya tanpa bukti untuk mendukung klaimnya.
Laporan Daily Mail menyebutkan bahwa sebuah panel ahli di berbagai instansi Pemerintah, termasuk Public Health England, menganalisis studi ilmiah 'terbaik' dari seluruh dunia, meskipun mereka tidak mengatakan makalah mana atau berapa banyak yang mereka lihat.
Tim yang dipimpin oleh pengawas NHS NICE mengatakan bahwa tidak mungkin mendapatkan hubungan langsung antara vitamin D dan COVID-19, terutama karena kurangnya uji coba berkualitas tinggi.
Peneliti juga masih mencari tahu apakah rendahnya kadar vitamin D pada pasien COVID-19 membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi virus, atau penyakit tersebut menyebabkan kadar vitamin D turun setelah menginfeksi seseorang.
“NICE masih mendesak warga Inggris untuk menambah 10 mikrogram (400 IU) vitamin D setiap hari antara Oktober dan awal Maret karena manfaat kesehatan lainnya yang telah terbukti pada tulang, otot, dan sistem kekebalan,” tulis sebuah laporan di DailyMail.
Kadar vitamin D yang rendah telah dilaporkan pada orang-orang dari seluruh dunia, terutama setelah pandemi karena tingginya waktu yang dihabiskan di dalam ruangan. Suplemen makanan vitamin D mudah didapat dan harus dikonsumsi setelah berkonsultasi dengan praktisi medis.
TAG#vitamin D, #covid-19, #pengobatan, #ahli virus
198735393

KOMENTAR