Pembangunan Lapak Jajanan Tradisional Mataram Ditunda Karena Gempa

Binsar

Thursday, 08-11-2018 | 05:52 am

MDN
Ilustrasi jajanan tradisional [ist]

Mataram, Inako –

Gempa yang mengguncang Lombok beberapa bulan lalu mengakibatkan sejumlah program pembangunan di daerah itu harus direscedule ulang guna menyesuaikan denggan alokasi anggaran yang ada. Salah satunya adalah soal rencana pembangunan pusat jajanan tradisional di Mataram.

Akibat gempa, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat terpaksa menunda pembangunan lapak jajanan tradisional di Pasar Dasan Agung Mataram karena anggaran dirasionalisasi untuk penanganan pascagempa bumi.

"Sedianya, pembangunan lapak jajanan tradisional tahun ini sudah rampung, namun anggarannya dirasionalisasi karena adanya bencana gempa bumi," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Mataram Lalu Alwan Basri di Mataram, Rabu.

Menurutnya, lapak jajanan tradisional lokal tersebut rencananya dibangun oleh Dinas Perdagangan Provinsi NTB sebagai salah satu bentuk dukungan untuk mewujudkan Pasar Dasan Agung sebagai pasar standar nasional Indonesia (SNI) pada tahun 2019.

Karenanya, dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan lapak pada bagian depan pasar atau tepatnya samping Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (IC), pemerintah kota menerima barang jadi bukan dalam bentuk anggaran.

Dalam perencanaanya, jumlah lapak yang akan dibangun sebanyak tujuh lapak sesuai dengan jumlah pedagang jajan tradisional yang ada di Pasar Dasan Agung saat ini.

Pedagang jajanan tradisional yang saat ini menempati lapak di dalam, akan bawa keluar menempati lapak baru agar lebih terlihat masyarakat dan terbuka.

"Dengan demikian, pengunjung serta wisatawan yang datang ke IC bisa dengan mudah menikmati jajanan tradisional tersebut," katanya.

Beberapa jenis jajanan tradisional andalan yang dijual pedagang di Pasar Dasan Agung antara lain, kelepon, celilong, lupis, kedebak, apem, urap singkong, nagasari, keludan, serabi, getuk dan lainnya.

Selain memiliki cita rasa yang khas, harga jajanan tradisional tersebut juga relatif murah sebab masyarakat bisa mendapatkan jajanan tersebut dari mulai harga Rp2.000 per bungkus.

"Karena itu kami berharap tahun 2019, bantuan anggaran dari provinsi untuk pembuatan lapak jajanan khas tradisional itu bisa terealisasi," katanya.

Menurutnya, selain untuk lapak jajanan tradisional pedagang pasar pada pagi sampai siang, pedagang lain juga bisa memanfaatkan lapak tersebut pada sore hingga malam.

"Setelah IC mulai dimanfaatkan, kawasan tersebut cukup ramai dan banyak pengunjung IC yang membutuhkan makanan. Jadi ini peluang juga untuk warga sekitar," katanya.

 

KOMENTAR