Pemerintah Maksimalkan Perusahaan BUMN Farmasi Atasi Covid-19

Sifi Masdi

Monday, 20-04-2020 | 21:40 pm

MDN
Menteri BUMN Erick Thohir [ist]

Jakarta, Inako

Pemerintah berusaha semaksimal mungkin membatasi penyebaran virus corona atau Covid-19 dengan memaksimalkan peran dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Salah satu upaya yang dilakukan adalah melibatkan BUMN Farmasi. Saat ini BUMN farmasi  berada di bawah kendali holding PT Bio Farma (Persero). Holding ini membawa sejumlah anak usaha, antara lain,  PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan anak usaha KAEF yakni PT Phapros Tbk (PEHA).

BACA JUGA:  Pertamina Hingga PLN Beberkan Dampak Corona ke DPR

Namun peran BUMN ini dalam menyediakan bahan obat  masih menemukan kendala di lapangan. Perubahan BUMN khususnya dan perusahaan farmasi dalam negeri umumnya masih menemukan kendala untuk memproduksi obat. Akibatnya, Indoensia masih tergantung pada obat impor dari luar negeri.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa ketergantungan Indonesia akan bahan baku dari impor menyebabkan banyaknya munculnya praktik-praktik kotor yang dilakukan oleh mafia.

BACA JUGA: Indonesia Menerima Bantuan Alat Medis dari Yayasan Amal Taiwan

"Kita yang harus peduli antara bangsa kita. Jangan semuanya ujung-ujungnya duit terus. Akhirnya kita terjebak short term policy [kebijakan jangka pendek]. Didominasi oleh mafia-mafia, trader-trader itu. Kita harus lawan dan Pak Jokowi punya keberpihakan itu," kata Erick di Jakarta, Kamis (16/4/2020).

Untuk itu dia mengharapkan agar seluruh pihak bekerjasama untuk menumpas praktik-praktik kotor tersebut.

BACA JUGA:  Tragis, 150.000 Orang Telah Tewas Akibat Virus Corona di Seluruh Dunia

Dia menyebutkan, hal ini bermula dari kebutuhan alat kesehatan dan farmasi dalam negeri yang masih bergantung pada pemenuhan dari luar negeri. Jumlahnya pun mencapai 90%, hanya 10% saja bahan baku yang bisa dipenuhi dari dalam negeri.

"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak, janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku musti impor. Saya minta semua yang hadir di sini punya komitmen secara pribadi, kita harus bongkar hal-hal itu," kata dia.

BACA JUGA: Pemprov Jabar Terima Bantuan Ventilator dari BUMN

Erick sangat menyayangkan kondisi industri farmasi yang 90% mengandalkan impor. Padahal dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tiap-tiap negara diuji kekuatannya untuk mampu menjaga supply chain (rantai pasok) dari dalam negeri. Sebab saat ini seluruh negara saat ini berebut untuk mendapatkan bahan baku demi memenuhi kebutuhan negaranya.

"Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini 90% bahan baku dari luar negeri untuk industri obat. Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri," kata Erick.

 

 

KOMENTAR