Penyelidik PBB Sebut Pembunuhan Massal terhadap Rohingya Terus Berlangsung

Sifi Masdi

Thursday, 25-10-2018 | 19:38 pm

MDN
Ketua Misi Pencari Fakta PBB di Myanmar Marzuki Darusman [ist]

New York, Inako

Ketua Misi Pencari Fakta PBB di Myanmar Marzuki Darusman mengatakan upaya genosida terhadap Rohingya masih terus berlangsung.

Hal itu diungkapkan oleh Marzuki dalam konferensi pers setelah memaparkan laporan kepada Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir AFP Kamis (25/10/2018).

Marzuki menjelaskan selain pembunuhan massal, dalam konflik itu juga terjadi pengucilan populasi, pencegahan kelahiran, maupun penempatan massal di kamp.

Krisis yang dimulai pada 25 Agustus 2017 itu juga menewaskan 10.000 orang dan menghancurkan sekitar 390 desa di Negara Bagian Rakhine.

Mantan Jaksa Agung Republik Indonesia periode 1999-2001 itu memperingatkan kondisinya tidak aman bagi orang Rohingya yang saat ini berada di kamp pengungsian Bangladesh.

"Segala upaya apapun bisa berdampak kepada semakin bertambahnya jumlah korban tewas," ujar pria berusia 73 tahun tersebut.

Dalam laporan setebal 444 halaman yang keluar sejak September, tim pencari fakta meminta agar DK PBB bisa membawanya ke Pengadilan Kriminal di Den Haag.

Laporan tersebut juga menegaskan jenderal top Myanmar, termasuk panglima militer Min Aung Hlaing diselidiki dan dituntut atas tuduhan genosida.

Dalam kunjungannya ke Myanmar 10-20 Oktober lalu, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner berkata keterbukaan dan dialog inklusif merupakan dua pilar penting untuk rekonsiliasi.

"Pencarian fakta yang kredibel merupakan langkah pertama menuju keterbukaan tersebut," demikian penjelasan Schraner.

Pemerintah Myanmar menolak hasil temuan PBB dengan mempertanyakan independensi penyelidikannya, dan menyatakan telah membentuk badan penyelidik beranggotakan para diplomat Asia.

Pihak Myanmar menjelaskan bahwa awal mula krisis Rohingya terjadi karena sekelompok ekstremis yang menyerang pasukan mereka di perbatasan.

Namun dalam laporannya, Marzuki menjabarkan sejak awal militer Myanmar telah mempunyai niat untuk menghancurkan Rohingya.

Militer menggunakan taktik yang secara konsisten sangat tidak proporsional untuk menanggulangi sebuah ancaman keamanan.

Marzuki juga menyoroti pemerintahan Aung San Suu Kyi yang dianggapnya berusaha melenyapkan segala fakta menyangkut Rohingya.

Lebih lanjut, pertemuan DK PBB itu dilaksanakan atas permintaan negara Barat, namun mendapat sikap kontra dari China dan Rusia.

 


 

KOMENTAR