Pertumbuhan Pendapatan Negara di Kuartal I 2019 Melambat

Sifi Masdi

Monday, 22-04-2019 | 21:52 pm

MDN
Gedung Kementerian Keuangan [ist]

Jakarta, Inako

Realisasi penerimaan pendapatan negara dan hibah sampai akhir Maret 2019 secara keseluruhan sebesar Rp 350,1 triliun. Capaian tersebut mencapai 16,17% dari target APBN 2019 sebesar Rp 2.165,1 triliun. Namun pertumbuhan penerimaan negara hanya 4,9% atau lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2018 yang sebesar 12,6%.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Luky Alfirman mengatakan, penerimaan pendapatan negara tersebut berasal dari penerimaan pendapatan dalam negeri yang sebesar Rp 350 triliun.

Penerimaan dalam negeri tersebut tumbuh 4,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy). Namun pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2018 yang naik 12,6% yoy.

Laju penerimaan perpajakan yang rendah menjadi salah satu penyebab perlambatan tersebut. Karena penerimaan perpajakan hanya tumbuh  6,7% yoy atau sebesar Rp 279,9 triliun. Penerimaan perpajakan ini memenuhi 15,7% dari target APBN sebesar Rp 1.786,4 triliun.

Penerimaan perpajakan terdiri dari, pertama, pendapatan Ditjen Pajak termasuk PPh Migas yang hingga Maret lalu tercatat sebesar Rp 249 triliun atau 15,8% dari target yang sebesar Rp 1.577,6 triliun.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 9,9% yoy, laju pertumbuhan pendapatan Ditjen Pajak per Maret 2019 ini jauh melambat yaitu hanya 1,8% yoy.

"Percepatan restitusi pajak yang bertujuan menstimulasi perekonomian memang membuat penerimaan pajak agak terdistorsi. Tapi kami lihat trennya akan kembali normal di Mei atau Juni 2019," terang Luky dalam Konferensi Pers APBN KiTa.

Sebaliknya, pendapatan Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) per Maret 2019 tercatat sebesar Rp 31 triliun atau 14,8% dari target APBN. Laju pertumbuhan pendapatan DJBC mencapai 73% yoy, jauh lebih kencang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 15,9%.

"Pertumbuhan cukai sampai Maret lalu cukup besar dibandingkan tahun lalu karena adanya pergeseran pembayaran cukai dari dua minggu sebelum akhir 2018 ke Januari 2019 sesuai PMK 57/2017, ini berkontribusi cukup besar," lanjut Luky.

Sementara, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hingga akhir Maret 2019 tercatat sebesar Rp 70 triliun atau 18,5% dari target APBN sebesar Rp 378,3 triliun. PNBP mengalami penurunan drastis dibanding tahun sebelumnya yaitu 1,4% yoy. Sebab, periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan PNBP mencapai 22,1% yoy.

"PNBP memang sangat dipengaruhi nilai tukar maupun harga komoditas. Nilai tukar saat ini di sekitar Rp 14.100 dan harga minyak (ICP) US$ 63 per barel. Dari sisi pencapaian Rp 70 triliun, kami menilai ini masih sangat on track dengan target APBN kita," tutur Luky.

Adapun, penerimaan hibah per Maret lalu sebesar Rp 100 miliar, menurun 56,8% secara yoy.

Secara keseluruhan, Luky mengatakan, realisasi APBN 2019 hingga Maret dalam kondisi aman dan terkendali. Kinerja APBN saat ini dinilainya menjadi modal yang baik untuk melanjutkan pelaksanaan APBN di sisa tahun ini, di tengah masih besarnya ketidakpastian dan volatilitas perekonomian global.


 

KOMENTAR