Petani Lebak Gembira Harga Karet Kembali Naik

Binsar

Thursday, 06-12-2018 | 10:08 am

MDN
Ilustrasi [ist]

Lebak, Inako –

Kenaikan harga karet ternyata menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh sejumlah petani karet Lebak Banten. Karena itu, sejumlah petani Lebak tidak dapat menyembunyikan kegembiraan mereka saat harga karet di daerah itu kembali naik dalam bulan terakhir ini. Dengan kenaikan harga tersebut, para petani Lebak bisa mendapatkan keuntungan setelah dipotong dengan biaya produksi yang telah mereka keluarkan.
   
"Kita sekarang merasa lega setelah beberapa bulan terakhir harga karet anjlok hingga Rp4.000 per kilogram," kata Uki (50) seorang petani karet warga Desa Sangiang Tanjung, Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak, Rabu. 
     
Para petani kini di wilayahnya itu kembali merawat perkebunan karet yang kondisinya dipadati ilalang dan rerumputan, karena harga karet tidak menguntungkan pendapatan.
     
Saat ini, harga karet mengalami kenaikan dan ditampung tengkulak Rp7.000 per kilogram.
     
Kenaikan harga karet itu, tentu petani terbantu pendapatan juga dapat menutupi biaya produksi.
    
"Kami memperkirakan jika harga karet terus anjlok dipastikan petani terancam gulung tikar," katanya menjelaskan.
     
Menurut dia, dirinya kini kembali merawat perkebunan karet seluas dua hektare dan bisa memperkerjakan tenaga buruh sadap.
     
Mereka pekerja buruh sadap sebanyak lima orang dengan pendapatan Rp60.000/hari.
     
Perkebunan seluas dua hektare mampu memproduksi getah karet sebanyak lima ton dan menghasilkan pendapatan Rp35 juta per bulan.     "Kami berharap kenaikan karet itu dapat menjadikan andalan pendapatan ekonomi petani," katanya.
     
Sukri (55), seorang petani karet warga Leuwidamar, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya merasa lega setelah harga karet terjadi kenaikan, meskipun tidak signifikan.
     
Kemungkinan harga karet itu terus mengalami kenaikan akibat pembatasan ekspor tersebut.
     
"Kami minta pemerintah dapat melindungi petani karet dengan kebijakan yang bi sa menguntungkan bagi mereka," ujarnya.
     
Sementara itu, Ujang (45) seorang petani di Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak mengatakan dirinya sebelumnya sempat putus asa karena harga karet anjlok hingga du tingkat penampung sebesar Rp3.000-4.000 per kilogram.
     
Harga tersebut, tentu tidak sebanding dengan nilai produksi sehingga banyak petani beralih profesi lain seperti buruh bangunan maupun pergi ke Jakarta mencari pekerjaan baru. 
     
Bahkan, sebagian mereka terpaksa menjual atau menggadaikan lahan perkebunan karet miliknya ke tetangga maupun saudara.

KOMENTAR