Polisi Telusuri Dalang Dibalik Rencana Pembunuhan 4 Tokoh Nasional

Sifi Masdi

Tuesday, 28-05-2019 | 09:07 am

MDN
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal [ist]

Jakarta, Inako

Polri mengungkapkan sejumlah fakta baru terkait kerusuhan 21-22 Mei. Di balik rusuh di sejumlah kawasan Jakarta Pusat, targetnya adalah membunuh empat pejabat negara. 

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal menyampaikan hal tersebut setelah memeriksa 6 tersangka perusuh, yakni HK alias Iwan, AZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi. Semuanya memiliki peran berbeda.

"(Tanggal) 14 Maret 2019 HK menerima uang Rp 150 juta dan TJ mendapat Rp 25 juta dari seseorang. Seseorang itu kami kantongi identitasnya dan tim mendalami. TJ diminta membunuh dua orang tokoh nasional, saya tidak sebutkan di depan publik," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal kepada wartawan di Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Senin (27/5/2019).

Iqbal menuturkan, peran AF, yang merupakan satu-satunya perempuan yang ditangkap, adalah sebagai pemilik dan penjual senjata api kepada salah satu perusuh 22 Mei berinisial HK. AF alias Fifi ditangkap di kawasan Rajawali, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Jumat (24/5).

"Peran pemilik dan penjual senpi revolver Taurus kepada HK. (AF) Ini seorang perempuan," kata Iqbal.

AF diduga menerima hasil penjualan senpi senilai Rp 50 juta. Dalam kesempatan itu, foto AF juga dipamerkan. AF tampak mengenakan kerudung warna putih dan baju tahanan warna oranye. Identitas 2 pejabat nasional yang diincar perusuh ini dirahasiakan. Yang jelas, targetnya bukan Presiden.

Kemudian, dari keterangan HK, polisi mendapat informasi tambahan bahwa ada dua pejabat nasional lagi yang menjadi target perusuh untuk dibunuh. Maka, total ada 4 pejabat yang diincar. Salah satunya pemimpin lembaga survei.

"Jadi 4 target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional. Pejabat negara, tapi bukan presiden," ujar Iqbal.

Iqbal menyebut para target pembunuhan itu sudah disurvei terlebih dulu. Dia mengatakan para tersangka adalah orang yang sudah berpengalaman. "Saya kira berpengalaman mereka," ucapnya.

Sementara itu, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendorong pihak kepolisian mengungkap aktor yang memberikan perintah kepada perusuh 22 Mei untuk membunuh tokoh nasional. TKN menduga ada pihak dengan kekuatan modal besar yang mensponsorinya.

Menurut Sektretaris TKN Hasto Kristiyanto, mereka yang menjadi sponsor gerakan yang membenturkan rakyat dengan aparat keamanan itu harus ditindak tegas. 

"Ya, pihak kepolisian perlu berkonsentrasi siapa yang berada di belakang, yang tentu saja punya kekuatan modal yang cukup besar. Mereka yang punya kekuatan uang, kalau kita lihat juga tidak terlepas dari mereka-mereka yang belum mendapatkan fasilitas dari rezim yang berkuasa selama 32 tahun," kata Hasto di DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Hasto menilai, jika politik ditujukan untuk ancaman, hal itu bukan lagi politik.

"Ketika politik kemudian ditujukan pada sebuah ancaman, pada tindak kekerasan, itu sudah bukan politik, karena politik itu membangun peradaban, politik itu mencintai kehidupan," tutur Hasto.

Politikus PDIP ini mendorong pihak kepolisian mengungkap aktor di balik aksi 22 Mei. Ia meminta aparat tidak ragu-ragu menindak mereka yang melawan negara.

"Ya, kami mendorong, karena kalau ada dana yang beredar kemudian membiayai berbagai tindakan-tindakan anarkis, ini merupakan pelanggaran hukum pidana dan bertentangan dengan tujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Ini nyata-nyata melawan negara. Karena itulah, polisi jangan ragu-ragu menindak siapa pun mereka," tegasnya.

Lantas siapa otak rencana pembunuhan 4 pejabat negara? Polisi masih melakukan pendalaman dalam kasus ini.

Inilah 6 tersangka tersebut berikut perannya:

1. Tersangka HK, beralamat di Perumahan Visar, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. HK berperan sebagai leader, mencari senjata api, sekaligus mencari eksekutor, tapi juga menjadi eksekutor, serta memimpin tim turun pada aksi 21 Mei. Dia membawa satu pucuk senpi revolver pada 21 Mei itu. 

HK menerima uang Rp 150 juta. Dia ditangkap pada Selasa (21/5) di lobi hotel Megaria, Jakarta Pusat.

2. Tersangka HZ, beralamat di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Ia berperan mencari eksekutor sekaligus menjadi eksekutor. Dia ditangkap pada Selasa (21/5) di Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta.

3. Tersangka IF, beralamat di Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ia berperan sebagai eksekutor dan menerima uang RP 5 juta. Dia ditangkap pada Selasa (21/5) di Pos Peruri kantor sekuriti Jalan KPBD Sikabumi Selatan, Kebon Jeruk.

4. Tersangka TJ, beralamat di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Berperan sebagai eksekutor dan menguasai senpi rakitan laras pendek dan laras panjang. Tersangka menerima Rp 55 juta. Ia ditangkap pada Jumat (24/5) di parkiran minimarket di Sentul. Berdasarkan hasil pemeriksaan, urine TJ positif mengandung narkoba jenis amfetamin dan metamfetamin.

5. Tersangka AD, beralamat di Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara. Ia berperan sebagai penjual 3 pucuk senpi, yakni senpi rakitan mayor, senpi rakitan laras panjang, dan senpi rakitan laras pendek, kepada tersangka HK.

AD menerima hasil penjualan senpi sebesar Rp 26,5 juta. Dia ditangkap pada Jumat (24/5), pukul 08.00 WIB, di daerah Swasembada, Jakarta Utara. Dari hasil pemeriksaan, urine AD positif mengandung amfetamin dan metamfetamin dan benzodiazepin.

6. Tersangka AF (perempuan), beralamat di Kelurahan Rajawali, Pancoran, Jakarta Selatan. Ia berperan sebagai pemilik dan penjual senpi revolver taurus kepada HK. AF menerima hasil penjualan senpi senilai Rp 50 juta. Dia ditangkap pada Jumat (24/5) di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. 

 

 

 

KOMENTAR