Potret Buram Prestasi MTQ Indramayu Tahun 2022

Oleh: H. Adlan Daie [Pemerhati politik dan sosial keagamaan]
Di era rejim media sosial sebagaimana diandaikan Bill Gate, penemu mikroshop sebagai era "borderless" (tanpa batas) sulit menutupi potret buram prestasi MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur an) Kab. Indramayu di level MTQ ke XXXVII tingkat provinsi Jawa Barat tahun 2022 yang diselenggarakan di kab Sumedang baru baru ini.
Kab Indramayu di peringkat ke19 dari 27 kab/kota di Jawa Barat dengan jumlah nilai "sangat menyedihkan" nol.
Juara umum adalah kota Bandung dengan jumlah nilai 65. Respon publik di media sosial sungguh beragam dan luar biasa atas potret buram prestasi MTQ kab Indramayu di atas.
Mulai dari komentar memaklumi, sinis, menyebalkan, menyedihkan, bersifat saran dan perbaikan serta sumpah serapah khas "nitizen" Indonesia "bersumbu pendek" hingga ancaman elektoral untuk tidak memilih kembali bupati dalam kontestasi pilkada 2024.
Memang tidak adil potret buram prestasi MTQ Kab. Indramayu diatas sepenuhnya ditimpakan pada seorang bupati.
Baca juga
Gus Muhaimin, Yeni Wahid dan Pertaruhan Moralitas Politik PBNU
Variabel faktor nya tentu sangat banyak meskipun harus ditegaskan pula bahwa bupati lah paling bertanggung jawab untuk membenahi langkah ke depan terlebih visi besar yang diusung bupati Nina Daie Bahtiar adalah visi "Bermartabat", salah satu tekanannya adalah nilai "regilius".
Karena itu, jika benar berita di media sosial tentang kasus buramnya prestasi "kafilah-kafilah" MTQ kab Indramayu tahun 2022 di atas harus menjadi pelajaran berharga bagi bupati dan perangkat teknis dibawahnya serta instansi koordinatif lainnya.
Bupati harus sungguh sungguh memimpin orkestrasi perbaikannya melibatkan pihak-pihak berkompeten di bidangnya untuk tidak "main-main" dan gampang membawa bawa visi "religius" hanya untuk branding politik.
Pemimpin yang baik dalam kategori Imam Al Gazali bukanlah pemimpin yang "menguasai semua hal" melainkan pemimpin meskipun "tidak pintar" tapi sadar bahwa dirinya "tidak pintar" sehingga lapang dada menerima input dari mana pun datangnya.
Sebaliknya pemimpin merasa paling pintar dan paling berkuasa potensial membawa "ambyar" harapan kolektif ralyatnya.
Baca juga
KH. Abun Bunyamin, Profil Kiai & Entreprenuer dari Purwakarta Jawa Barat
Dalam.konteks politik masih tersisa dua tahun bagi bupati untuk meningkatkan kinerja politik nya hingga pelaksanaan pilkada serentak 2024.
Jika kinerja dan performa politiknya dalam beragam bidang nyaris sama hasilnya dengan potret buram prestasi MTQ Kab Indramayu tahun 2024 di kab Sumedang maka ancaman elektoral rakyat untuk tidak akan memilihnya kembali semakin nyata.
Maka, berhati hatilah dan teruslah belajar dengan rendah hati. Rakyat selalu menemukan jalan untuk menghakimi secara elektoral siapa pun pejabarnya untuk tidak memilihnya kembali di event pemilu (pilkada) jika kehilangan harapan terhadap pemimpinnya.
Seperti dalam petikan puisi WS Rendra sejarah beulang ulang telah membuktikan acapkali "suara rakyat" sulitt ditundukkan oleh "paksaan" refresif mata rantai kekuasaan politik.
Wallahu a'lamu bish showab.
TAG#kabupaten indramayu, #suara rakyat, #mtq, #kafilah, #respon publik
198733888
KOMENTAR