Prospek Harga Saham di Tengah Memanasnya Perang Dagang

Sifi Masdi

Monday, 07-04-2025 | 10:43 am

MDN
Presiden AS Donald Trump [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Tensi  perang dagang global, yang dipicu oleh kebijakan tarif impor tinggi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, telah menimbulkan gejolak serius di pasar keuangan internasional. Ketidakpastian ini mendorong tekanan besar pada bursa saham di berbagai belahan dunia, termasuk Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat sendiri.

 

Kebijakan tarif tersebut diumumkan pada 2 April 2025 dan langsung berdampak pada pasar saham Asia. Indeks SHCOMP (Shanghai) dan SZCOMP (Shenzhen) masing-masing terkoreksi sebesar 0,24% dan 1,1%. Penurunan yang lebih tajam terjadi pada HSI Index (Hong Kong) yang melemah 1,52%, KOSPI Index (Korea Selatan) turun 1,61%, serta SENSEX Index (India) yang terkoreksi hingga 1,64%.

 

Meski demikian, tekanan di kawasan Asia masih relatif lebih ringan dibandingkan dengan bursa di Eropa dan Amerika Serikat. Di AS, koreksi pasar cukup signifikan. Indeks NASDAQ (CCMP) mencatatkan penurunan tajam sebesar 11,44%, disusul oleh S&P 500 (SPX) yang turun 10,53%, serta Dow Jones (DJI) yang terkoreksi 9,28% dalam sepekan terakhir.

 


BACA JUGA:

Jajaran Komisaris Bank BUMN Dirombak: Ipar Jokowi Terpental, Keponakan Surya Paloh hingga Fahri Hamzah Dapat Jatah

Mobil Listrik Cina Pake Sinar Matahari dari Stasiun Luar Angkasa


 

Kondisi serupa juga terlihat di bursa Eropa. DAX Index (Jerman) turun 7,81%, SMI Index (Swiss) melemah 7,46%, dan CAC Index (Prancis) terkoreksi 7,43%. Ketidakpastian akibat eskalasi kebijakan perdagangan membuat investor global cenderung menghindari aset berisiko, termasuk saham.

 

Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) baru akan kembali dibuka untuk perdagangan pada Selasa, 8 April 2025, setelah libur panjang. Ekonom PT Panin Sekuritas Tbk, Felix Darmawan, menilai bahwa tekanan di pasar saham global sangat mungkin turut menyeret kinerja pasar domestik, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

 

Menurutnya, kebijakan tarif impor yang agresif dari AS menjadi pemicu utama kegelisahan pasar. Tekanan ini diperparah dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang nyaris menembus Rp 17.000 per dolar AS, menjadikannya katalis negatif tambahan bagi pasar modal nasional.

 

“Investor kemungkinan besar akan merespons negatif saat pembukaan pasar pada Selasa (8/4), karena mereka mulai memprice-in perkembangan global yang terjadi,” ujarnya.

 

Felix menekankan pentingnya sikap “wait and see” dari pelaku pasar sambil menunggu respons konkret dari pemerintah Indonesia dalam menghadapi situasi ini. Apabila terjadi kompromi dagang antara Indonesia dan AS, sentimen pasar berpeluang membalik ke arah yang lebih positif.

 

Untuk jangka pendek, ia memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran 6.000 hingga 6.200. Namun, semua sektor berpotensi mengalami tekanan, terutama sektor energi, yang terpukul akibat penurunan tajam harga minyak dunia.

 

Sebagai catatan, IHSG pada perdagangan terakhir sebelum libur (Kamis, 27 April) ditutup menguat tipis 0,59% di level 6.510,62. Namun secara year-to-date, indeks ini telah terkoreksi 8,04%, mencerminkan tekanan yang sudah terjadi sejak awal tahun.

 

Disclaimer:

Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.

 


 

KOMENTAR