Psikolog Sebut Smartphone Bikin Generasi Milenial Rapuh Secara Mental

Sifi Masdi

Sunday, 18-11-2018 | 13:34 pm

MDN
Ilustrasi dampak penggunaan smartphone terhadap kerapuhan mental [ist]

Jakarta, Inako

Orang yang lahir pada tahun 1995 atau setelahnya, yang menghabiskan seluruh masa remaja mereka dengan smartphone, adalah generasi tidak bahagia, rentan mental dan menjalani kehidupan yang lebih terlindung dari generasi sebelumnya.  Pernyataan ini diungkapkan oleh seorang ahli psikologi terkemuka, sebagaimana dilaporkan Daily Mail (13/11/2018).

Seorang profesor psikologi telah menjuluki demografi terbaru ini sebagai 'iGen', orang muda yang dibesarkan dengan smartphone dan media sosial.

Menurut Profesor Jean Twenge dari San Diego State University, anak-anak muda ini mungkin adalah generasi teraman yang pernah ada tetapi menjadi dewasa dengan laju yang lebih lambat daripada beberapa dekade yang lalu.

"Generasi ini tidak cenderung untuk memiliki surat izin mengemudi, bekerja untuk pekerjaan berbayar, pergi kencan, minum alkohol, atau pergi keluar tanpa orangtua mereka dibandingkan dengan remaja sebelumnya," ujar Profesor Twenge sebagaimana dikutip Medical Xpress.

Namun, kurangnya pemenuhan yang dirasakan oleh orang-orang muda sebagai akibat dari waktu dengan smartphone mereka telah menyebabkan lonjakan depresi, menyakiti diri dan bunuh diri di kalangan anak muda, klaimnya.

Profesor Twenge mengatakan bahwa smartphone dan media sosial meningkatkan 'iGen' yang tidak bahagia.

Profesor Twenge dan rekannya Profesor Keith Campbell, dari University of Georgia, mempelajari lebih dari 40.000 anak-anak AS yang berusia antara dua dan 17 tahun untuk survei kesehatan nasional pada tahun 2016.

“Mereka memiliki perasaan bahwa mereka kehilangan sesuatu. Mereka menyadari bahwa berada di telepon sepanjang waktu mungkin bukan cara terbaik untuk hidup. Mereka tidak suka ketika mereka berbicara dengan seorang teman dan teman mereka sedang melihat telepon mereka,” ujarnya.

Profesor Twenge mengatakan bahwa sejak 2011 dia telah menyaksikan perubahan mendadak dalam perilaku dan kesehatan mental remaja, dengan lebih banyak yang merasa kesepian atau ditinggalkan, atau bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar, bahwa hidup mereka tidak berguna. Ini, katanya, semua gejala depresi.

"Gejala depresi telah naik 60 persen hanya dalam waktu lima tahun, dengan tingkat kerusakan diri seperti melukai (diri mereka) yang telah meningkat dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat pada anak perempuan," ungkap Profesor Twenge.

"Bunuh diri remaja telah berlipat ganda dalam beberapa tahun. Tepat pada saat smartphone menjadi umum, masalah-masalah kesehatan mental mulai muncul. Perubahan dalam bagaimana remaja menghabiskan waktu mereka sangat penting untuk kesehatan mental," tambahnya.

Untuk membantu orang muda menghadapi badai yang datang dari media sosial, Profesor Twenge menyarankan orang tua dan anak-anak untuk secara proaktif mengendalikan waktu luang mereka.

Penelitian sebelumnya telah menyarankan membatasi penggunaan media digital hingga sekitar dua jam sehari atau kurang untuk kesehatan mental orang muda usia 13 hingga 18 tahun. Jean Twenge adalah seorang penulis yang karyanya termasuk 'iGen' dan 'Generation Me.'

 

 

 

KOMENTAR