Raksasa Keramik India Mengancam Industri Keramik Dalam Negeri

Hila Bame

Monday, 22-10-2018 | 08:55 am

MDN
ilustrasi

 

Jakarta, Inako

Produk Ubin dan keramik, India berada di posisi kedua dengan kapasitas produksi sebesar 1,08 miliar m2 per tahun, setelah China pada skala  kelas dunia dan Indonesia menempati posisi sembilan dengan total  produksi 307 juta m2/ tahun periode 2017. 

Para produsen keramik dalam negeri mewaspadai masuk keramik asal India, usai keramik asal China dimasukkan dalam daftar Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP). 

BMTP adalah aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan untuk melindungi  hasil industri dalam negeri semisal keramik dan barang lainnya. 

Pabrik keramik dalam negeri yang harus dilindungi (ist)

 

Elisa Sinaga, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asaki), mengatakan India merupakan salah satu negara produsen dan eksportir keramik besar di dunia. Namun, dalam beleid Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 tentang pengenaan BMTP terhadap impor produk ubin keramik, negara ini dikecualikan dari penerapan BMTP.

Dari segi produksi, India menempati urutan kedua setelah China dengan kapasitas sebesar 1,08 miliar m2 per tahun. Sementara itu, dari sisi ekspor, negara tersebut menempati urutan keempat dengan volume ekspor sebesar 228 juta m2 pada 2017.

Sama dengan China yang mendapatkan penurunan bea masuk, India juga menikmati tarif impor rendah sebesar 5% ke Indonesia sejak 1 Januari 2018 karena ada perjanjian dagang.

 

"Sekarang importir yang biasanya mengambil keramik dari China, mulai melirik India. Kami sedang melihat, kalau mulai menganggu, kami akan lapor lagi ke Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) untuk masukan India ke list," ujarnya belum lama ini.

Selain India, Vietnam juga menjadi negara yang diwaspadai karena tidak masuk ke dalam list penerapan BMTP. Walaupun tidak masuk ke dalam 10 besar negara eksportir dunia, Vietnam berada di urutan keempat dari sisi produksi.

Pada tahun lalu, kapasitas produksi negara tersebut mencapai 560 juta m2, sedangkan Indonesia berada di urutan 9 dengan kapasitas produksi sebesar 307 juta m2.

Namun, Elisa menegaskan apabila produsen nasional meminta perlindungan kembali terhadap impor dari India dan Vietnam, bukan berarti cengeng. Menurutnya, pemerintah bersama pabrikan perlu bekerja sama untuk membenahi industri supaya kuat bersaing apple to apple ke depannya.

 

KOMENTAR