RI Ancam Boikot Produk Eropa Sebagai Respon Atas Penghadangan Sawit

Sifi Masdi

Sunday, 24-03-2019 | 17:16 pm

MDN
Ilustrasi kebun kelapa sawit [ist]

Jakarta, Inako

Pemerintah menegaskan mengambil langkah-langkah keras dalam merespons diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap komoditas sawit RI.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengatakan pemerintah telah mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk memboikot produk-produk Uni Eropa di Tanah Air.

Dia menjelaskan, Indonesia membutuhkan sekitar 2.500 unit pesawat terbang sekelas A320 dalam 20 tahun ke depan dengan nilai lebih dari US$ 40 miliar dan dapat menciptakan 250 juta lapangan kerja di AS dan Uni Eropa. 

Indonesia juga banyak mengimpor bus dan truk Scania dari Uni Eropa serta sedang mempertimbangkan pembelian rangkaian kereta dari Polandia.

"Jika kita didiskriminasi begini dan hampir 20 juta rakyat kita, terutama petani kecil ikut terdampak, tentu kita akan bereaksi. Kita bukan negara miskin, kita negara berkembang dan punya potensi yang bagus. Tidak ada toleransi, ini untuk kepentingan nasional," tegasnya dalam media briefing Diskriminasi Uni Eropa Terhadap Kelapa Sawit di kantor Kementerian Luar Negeri, Rabu (20/3/2019).

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution juga menegaskan hal yang sama. Menurutnya, selain menggugat aturan RED II melalui WTO, Indonesia bisa saja memboikot produk Uni Eropa.

"Selain langsung ke WTO kita juga bisa retaliasi. Memangnya kenapa? Kalau Uni Eropa bertindak sepihak, masak kita nggak bisa lakukan sepihak," tegas Darmin.

Terkait ancaman itu, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Guérend menanggapinya dengan santai.

Guerénd mengatakan, seharusnya kedua belah pihak bisa mencapai solusi yang sama-sama menguntungkan terkait industri sawit yang berkelanjutan, bukan yang akan merugikan kedua belah pihak. 

"Kami percaya perdagangan dan investasi baik untuk kedua belah pihak. Jangan lupa, perusahaan Eropa memperkerjakan lebih dari 1,1 juta orang di sini. Dan kalau berhasil menarik lebih banyak investasi Eropa di sini, akan lebih banyak tenaga kerja Indonesia yang terserap," jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Dia menegaskan bahwa Uni Eropa tidak berniat menerapkan proteksionisme terhadap komoditas kelapa sawit, melainkan hanya mensyaratkan produk sawit berkelanjutan yang tersertifikasi.

"Kalau Indonesia mau menggugat melalui WTO, saya pikir itu langkah yang tepat. Kami tentu ingin mengembangkan lebih jauh perdagangan Indonesia dan Uni Eropa, baik sawit maupun produk lainnya, tapi dalam cara-cara yang berkelanjutan, yang terbaik bagi planet kita," pungkasnya.


 

 

KOMENTAR