Ribuan Balita Di Kotabaru Kalsel Alami Stunting

Binsar

Friday, 01-03-2019 | 12:14 pm

MDN
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru, Kalsel H. Akhmad Rivai [ist]

Kotabaru, Inako –

Ribuan bayi di bawah lima tahun di Kabupaten Kotabaru Kalimanta Selatan mengalami stunting atau pertumbuhan yang tidak sesuai dengan usia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru H. Akhmad Rivai, Kamis mengatakan, data yang terpantau dari 28 Puskesmas di Kotabaru memperlihatkan sebanyak 1.990 dari 11.485 bayi di bawah lima tahun (Balita) masuk status stunting atau sangat pendek dan pendek.

“Berdasarkan hasil pemantauan status gizi Balita di 28 Puskesmas yang masuk katagori stunting sebanyak 1.990 atau sekitar 17,33 persen anak Balita dari 11.485 jumlah Balita yang ditimbang,” jelasnya.

Rivai menjelaskan, dari 1.990 anak Balita dengan status stunting, sebanyak 616 anak atau 5,36 persen, masuk kategori sangat pendek, dan pendek sebanyak 1.374 anak atau 11,96 persen.

Wilayah Puskesmas terbanyak stunting hingga mencapai 37,64 persen atau 169 anak dari 449 balita yaitu Puskesmas Rawat Inap Sengayam, disusul Puskesmas Pudi sebanyak 161 anak atau 36,93 persen dari 436 balita, kemudian Puskesmas Lontar sebanyak 146 anak atau 33,18 persen dari 440 balita.

"Kejadian stunting pada balita masih terjadi di Kabupaten Kotabaru sehingga dapat menghambat upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan pembangunan kualitas sumber daya manusia, karena kejadian stunting disebabkan oleh faktor yang bersifat multi dimensi dan intervensi paling menentukan pada 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga penanganannya memerlukan koordinasi lintas sektor," kata Rivai dalam siaran persnya.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Oleh karena itu, perlu penanganan stunting yang serius bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia, dengan maksud untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan, keluarga serta masyarakat.

Melalui perbaikan pola konsumsi makanan; perbaikan perilaku sadar gizi; perbaikan pola asuh; peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

KOMENTAR