Sebatik Mendapat Julukan Satu Pulau Dua Tuan

Sebatik, Inako –
Secara legal, Sebatik memang wilayah sah milik Republik Indoensia. Akan tetapi, dalam kehidupan harian, masyarakat pulau itu merasakan seakan-akan tanah yang mereka tinggal menjadi milik dua tuan. Karena itu, tidak heran jika ada orang yang menjuluki daerah itu dengan sebutan satu pulau dua tuan.
Julukan itu tentu saja bukan tanpa alasan, karena dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga pulau itu bisa mendapatkan barang dari dua negara yakni Indonesia dan Malaysia. Misalnya, warga Sebatik Indonesia sangat tergantung dengan berbagai kebutuhan dari Malaysia, sebaliknya Tawau juga membutuhkan hasil produk perikanan dari Nunukan.
Potensi ekonomi itu, terlihat dari berlakunya uang Ringgit dan Rupiah Pulau Sebatik sehingga ada istilah "Satu Pulau Dua Tuan".
Keunikan itu sehingga para pelajar yang ikut program SMN DKI Jakarta ke Kaltara ikut berburu Ringgit di Sebatik.
Caranya belanja menggunakan Rupiah dan kembalian menggunakan Ringgit sebagai cinderamata (souvenir).
Pulau Sebatik terbelah menjadi dua zona teritorial, yakni sebelah utara 187,23 km persegi milik Malaysia. Sedangkan 246,61 km persegi yang dimiliki oleh Indonesia.
Optimalisasi potensi ekononi itu juga sudah bahas Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Kadin sudah membahas kerja sama perdagangan perbatasan belum lama ini dengan Pemerintah Negeri Sabah, Malaysia.
Ketua Kadin Nunukan Irsan Humokor menghadiri undangan Pemerintah Malaysia terkait dialog kerja sama perdagangan lintas batas di Kota Kimabaku Negeri Sabah.
Dialog menyinggung soal upaya pemerintah baru Malaysia di bawah pemerintahan baru, kepemimpinan Mahathir Muhammad untuk membuka kembali perdagangan dengan Kabupaten Nunukan dengan Sabah.
Keberadaan Kadin Nunukan pada acara tersebut atas undangan langsung Pemerintah Negeri Sabah dan didampingi Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu.
Poin penting pada dialog itu di antaranya adanya peluang kerja sama perdagangan kembali secara timbal balik antara Kabupaten Nunukan dengan Tawau Negeri Sabah.
Jimmy Wong Sze Phin, Pembantu Menteri di Jabatan Ketua Menteri Sabah menyatakan bahwa pemerintahan baru Malaysia akan membuka kembali bisnis antara kedua negara khususnya wilayah perbatasan melalui "border trade" dan "barter trade" dengan Indonesia.
Keinginan pihak Malaysia di bawah kepemimpinan Mahatir untuk mendorong terjalinnya hubungan baik (networking) antara pengusaha kawasan dengan memanfaatkan potensi ASEAN sebagai kawasan ekonomi terbuka.
Pemerintah Malaysia akan fokus pada hubungan perniagaan dengan Indonesia di wilayah perbatasan khususnya Negeri Sabah dengan Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan.
Terlihat Malaysia di bawah PM Mahatir berniat penuh untuk menumbuhkan kerja sama lebih luas karena acara juga dihadiri delegasi Australia, Hongkong, Brunei Darussalam, Pemerintah Belalawan dan pengusaha Tawi-Tawi Filipina. Dari negeri jiran hadir pengusaha Lahad Datu, Sandakan, Tawau dan Semporna.
Menyingung masalah perdagangan lintas batas dari Tawau-Nunukan sempat terhambat, pihak Malaysia berjanji akan dipermudah dan segera dibahas pada pertemuan berikutnya.
Tampaknya, dengan berbagai kedekatan daerah (sempadan), sosial-budaya, bahkan pertalian darah, maka hubungan "saudara serumpun" bisa menjadi kekuatan bersama, khususnya bidang ekononi seperti harapan pemerintahan baru di bawah pimpinan PM Mahatir.
TAG#Pulau Sebatik, #Indonesia, #Perekonomian warga
190234162

KOMENTAR