Selain Soal Halal dan Haram, Ilmuwan Minta Orang Tua Pahami Manfaat Vaksin

Binsar

Thursday, 18-10-2018 | 09:43 am

MDN
Ahli penyakit infeksi asal Amerika Serikat, Dr. Michael Osterholm mengatakan, sejumlah orang tua semestinya paham manfaat atau pentingnya vaksin bagi anak-anak mereka. [ist]
"Setiap orang tua harus mengerti konsekuensi dari tidak memvaksin anak mereka. Jika orang tua mengerti itu, apapun agamanya, menjaga keselamatan anak adalah hal yang penting,"

 

Jakarta, Inako –

Pemberian vaksin Measles Rubella (MR) beberapa waktu lalu, sempat memicu timbulnya polemik di sejumlah daerah. Polemik muncul karena ada dugaan bahwa vaksin itu mengandung zat yang berasal dari babi sehingga bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Karena itu, di bebebrapa wilayah tertentu, kepala daerah meminta pemberian vaksin itu ditunda sambil menunggu petunjuk dari badan yang berwenang seperti MUI.

Terkait hal kitu, seorang ilmuwan dan ahli penyakit infeksi asal Amerika Serikat, Dr. Michael Osterholm mengatakan, sejumlah orang tua semestinya paham manfaat atau pentingnya vaksin bagi anak-anak mereka.

"Setiap orang tua harus mengerti konsekuensi dari tidak memvaksin anak mereka. Jika orang tua mengerti itu, apapun agamanya, menjaga keselamatan anak adalah hal yang penting," kata Dr. Michael Osterholm, dalam konferensi pers di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Rabu 917/10/2018).

Menurut Osterholm, ada sejumlah vaksin yang memiliki kandungan kimia yang berasal dari hewan nonhalal seperti babi. Meski demikian, seharusnya hal tersebut tidak menyebabkan masyarakat menolak pemberian vaksin tersebut.

 

Masyarakat, kata Osterholm, harus memahami pentingnya vaksin yakni untuk mencegah terjadinya penyakit di kemudian hari.

Untuk itu, pihaknya meminta wartawan agar menyebarkan informasi yang benar soal vaksinasi.

Ia menilai, selama ini media kurang memberi informasi soal dampak kesehatan jika anak tidak diberikannya vaksin MR.

Yang banyak disoroti media, lanjutnya, justru soal respon tertentu dalam diri anak sebagai efek dari pemberian vaksin, dan pada kenyataannya pasien yang mengalami hal tersebut persentasenya sangat kecil.

"Yang sering terjadi, kita fokus pada informasi tentang risiko (pemberian vaksin) dan membuat keluarga enggan melakukan vaksinasi. Misalnya satu vaksin memiliki kemungkinan satu (orang) dari 100 ribu (orang) menyebabkan reaksi dan anda tulis tentang itu akan membuat orang takut (divaksin)," katanya.

Tapi jika ditulis sisi yang lain, contoh jika 100 ribu orang tidak divaksin, maka 22 orang akan mati karena penyakit, lima ribu orang sakit parah, maka akan membuat masyarakat mau untuk divaksin,  katanya.

Dalam konferensi persnya, Osterholm mengatakan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi masalah kesehatan yang sering dianggap remeh namun kenyataannya berbahaya yakni influenza pandemi, yakni epidemi yang terjadi di seluruh dunia.

Menurutnya, masyarakat sebaiknya mendapatkan vaksin influenza sekali setiap tahun sebagai pencegahan terhadap virus influenza. "Saat ini kita harus mendapat suntikan (vaksin) flu setiap tahun," kata Dr. Osterholm.

Vaksinasi tersebut dilakukan untuk mencegah tubuh terserang virus influenza. Dengan memvaksin masyarakat secara luas, pihaknya berharap hal itu bisa menghentikan penyerangan flu musiman.

 

 

Baca juga :


 

 

 

KOMENTAR