Serangan Jantung Tak Kenal Stadium

Jakarta, Inako
Perubahan gaya hidup atau pencegahan sekunder agar terhindar penyakit jantung koroner sangat dibutuhkan setiap orang. Perubahan meliputi perbaikan pola makan, termasuk menghindari makanan yang memicu naiknya asam urat dan kolesterol, setop merokok dan miras, serta rutin menjalani pemeriksaan medis.
Dr. Dasaad Mulijono, MBBS(Hons), FIHA, FIMSANZ, FRACGP, FRACP, PhD dari Rumah Sakit Umum Bethsaida Gading Serpong, Tangerang, mengingatkan serangan jantung tidak bisa disamakan dengan kanker yang mengenal stadium.
“Penyakit jantung tidak mengenal stadium tapi efek cacat yang ditimbulkan mencerminkan level keparahannya. Kita bisa cek serangan itu terjadi berapa jam yang lalu," jelasnya.
"Setelah itu mengecek daerah mana yang kena serangan dan berapa luas otot yang terdampak. Efek terparahnya kematian,” kata Dasaad seraya menambahkan jika sumbatan mencapai lebih dari 80 persen dan dokter menyarankan pemasangan ring, pasien harus mengenali fakta-fakta seputar ring.
Ring yang dipasang di pembuluh darah jantung juga memiliki risiko. Salah satunya menggores dinding pembuluh darah atau pembuluh darah yang dipasangi ring tersumbat kembali.
Setelah ring terpasang, pasien diminta mengonsumsi dua obat pengencer darah selama setahun. Setelah setahun berlalu tanpa masalah, pasien minum satu obat pengencer darah saja.
“Pembuluh darah yang dipasangi ring bisa tersumbat lagi. Salah satu penyebabnya, darah pasien mengental lagi,” ulas Dasaad.
Ini sering terjadi pada pasien dengan riwayat diabetes. Ada juga yang tersumbat 100 persen tapi pasien tetap hidup karena pembuluh darahnya membuat jalan tikus (kolateral) sendiri. Tubuh berinisiatif membentuk jalan tikus baru untuk menyelamatkan diri.
TAG#Kesehatan, #Jantung, #Ring, #Kanker
190232977

KOMENTAR