Sikap Presiden Trump Ogah Tanda Tangani Anggaran Sementara Picu Kejatuhan Wall Street

Sifi Masdi

Friday, 21-12-2018 | 18:23 pm

MDN
Bursa Wall Street [ist]

New York, Inako

Sepertinya ketegangan di pasar keuangan Indonesia belum selesai, karena pagi ini tersiar kabar buruk dari Wall Street.

Tiga indeks utama di Wall Street lagi-lagi jatuh dalam penutupan perdagangan, Jumat (20/12/2018). Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,99%, S&P 500 amblas 1,6%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,63%. 

Namun kejatuhan bursa saham New York lebih disebabkan isu domestik. Pertama, investor (anehnya) masih meratapi langkah The Fed yang akan melanjutkan normalisasi neraca. 

Sejak krisis keuangan global sedekade lalu, The Fed memang rajin membeli surat-surat berharga sebagai bentuk stimulus kepada perekonomian (quantitative easing). Sekarang ekonomi AS sudah jauh lebih baik, sehingga The Fed ingin merampingkan neracanya yang begitu gemuk akibat banyaknya koleksi surat berharga. 

Sebenarnya normalisasi neraca The Fed pun bukan sesuatu yang baru, sudah dilakukan sejak tahun lalu. Namun entah mengapa investor cemas ketika Gubernur The  Fed Jerome 'Jay' Powell kembali menegaskan akan melepas kepemilikan The Fed di berbagai surat berharga secara bertahap. 

"Pengetatan sepertinya datang lebih cepat. Pasar saham AS pun melakukan re-pricing," ujar Joe Saluzzi, Co-Manager di The Trading yang berbasis di New York, mengutip Reuters. 

Investor menilai kala The Fed melepas kepemilikan surat-surat berharga, maka efeknya akan hampir sama dengan menaikkan suku bunga acuan yaitu menyedot likuiditas. Artinya, ke depan likuiditas akan masih cenderung ketat sehingga sepertinya perlambatan ekonomi akan sulit dihindari. 

Faktor kedua adalah risiko penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS karena mentoknya pembahasan anggaran tahun fiskal 2019. Sebenarnya sudah ada kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Republik bahwa akan ada anggaran sementara yang bisa digunakan sembari pemerintah dan Kongres membahas anggaran yang tetap. 

Namun, Presiden AS Donald Trump ogah menandatangani anggaran sementara tersebut. Trump ngambek karena anggaran itu tidak memasukkan pos pengamanan perbatasan sebesar US$ 5 miliar. Salah satu bentuk pengamanan tersebut adalah pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko. 

"Kami ingin pemerintah tidak tutup. Namun kami juga ingin ada kesepakatan mengenai perlindungan perbatasan" tegas Ketua House of Representative dari Parta Republik Paul Ryan, mengutip Reuters. 

Trump (lagi-lagi) mengoceh di Twitter. Dalam unggahannya, eks taipan properti itu mengatakan Partai Demokrat terlalu mempolitisasi sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh Negeri Adidaya. 

"Demokrat, yang sebenarnya tahu bahwa tembok sangat penting untuk pengamanan perbatasan, mempolitisasi negara ini. Saya tidak akan menandatangani legislasi mereka, termasuk infrastruktur, kecuali menyertakan pengamanan perbatasan yang sempurna. AS menang!" cuit Trump. 

Gaduh politik di Washington ini membuat pelaku pasar gusar. Investor pun memilih bermain aman dengan melepas aset-aset berisiko seperti saham.  



 


 

KOMENTAR