Tafsir Politik Fir'un

Johanes

Thursday, 05-03-2020 | 07:00 am

MDN
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat, Adlan Daie

Oleh. : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat


Indramayu, Inako

Fir'un politisi legendaris di era Mesir kuno begitu istimewa hingga Al Qur'an menyebut nama Fir'un sebanyak 74 kali dalam beragam konteks lebih banyak dari nama Nabi Muhamad SAW hanya empat kali, bahkan Nabi Musa As,  rival politik di era nya  tidak sebanyak nama Fir'un disebutnya. Al Qur'an yang turun ribuan tahun pasca berakhirnya era Fir'un begitu sempurna merekamnya. Para ahli tafsir Al Qur'an sepakat menandai betapa penting pelajaran politik yang harus diambil dari biografi politik Fir'un oleh generasi politik sesudahnya termasuk  generasi kita di era rezim politik elektoral modern hari ini.

Dalam karya tesisnya berjudul Analisis Kepemimpinan Fir'un Dalam Al Qur'an , Faisol Adhim, Magister penulisnya,  meletakkan Fir un bukan sekedar sebuah nama personal melainkan diksi simbolik tentang diktatorisme sempurna,  kedloliman penguasa dan keangkuhan kepemimpinan politik. Ibnu Katsir, nama lengkapnya, Ismail Bin Umar Al Quraisy Bin Katsir dalam kitabnya tafsir ibnu katsir menggambarkan dua karakter dasar kepemimpinan politik Fir'un, yaitu :

Pertama, bersifat thaghut, melampaui batas dan sewenang wenang meletakkan seluruh instrument dan SDM di lingkar kekuasaannya dalam orkestrasi nyanyian tunggal melanggengkan kuasa politik dalam genggaman otoritas tangan besinya. Aparaturnya, yakni para tukang sihir terlatih sebagai organ elit untuk jaminan sukses membohongi rakyatnya.

Kedua, methode operasi politiknya bersifat teror fisik terhadap oposisi  politiknya hingga deteksi dini ke rumah.rumah penduduk dengan intruksi sadis  mencacah perempuan  perempuan hamil untuk mempersempit kemungkinan lahirnya generasi pemimpin (bayi laki laki) kelak berpotensi mengganggu rezim kekuasaannya.

Dalam sejumlah literatur kitab tafsir Fir'un digambarkan memiliki kemampuan komunikasi politik dan ketrampilan  mendesain narasii bohong yang menghipnotis publik lewat juru bicara para tukang sihir binaannya.  Surat Al Qashash, ayat 4 menjelaskan  strategi politik Fir'un dalam konteks melanggengkan kekuasaannya, yakni meletakkan seluruh sumber daya kuasanya untuk menekan habis oposisi politiknya,  memainkan politik adu domba, menghabisi lawan politik dan strategi memanjakan para ahli agama dan kaum intelektual bermental munafik, hipokrit dan memiliki kemampuan berbohong tingkat tinggi.

Fir'un telah habis ditelan sejarah dengan cara tragis, nista, hina dan terhinakan. Tapi nilai simbolik kerakusan dan keangkuhannya sebagian diwarisi para pemimpin politik hari ini dengan pola dan model kecanggihan politik yang lebih terstruktur, sistemik dan massif di banding management politik rakus Fir'un. 

Jika Fr'un tidak diceritakan dalam Al Qur'an terlibat dalam praktek jual beli jabatan, ijon proyek dan bisnis perijinan publik hari ini kita banyak bersaksi kepala daerah bukan saja terlibat malah sebagai perancang bisnis bisnis kotor di atas. Inilah kelebihan politisi rakus modern dengan management muslihat birokrasinya dibanding Fir'un masa lalu.

Pola pemanfaatan program APBD untuk kepentingan politik elektoral rezim penguasa, pura pura mengratiskan layanan KTP, KK  dan akte yang memang bagian dari program Kemendagri, mendadak perhatian pada fakir miskin, para ustad, Imam masjid dan  guru madrasah dengan muslihat birokrasinya di jelang pilkada tak lebih dari model lain dari cara rakus kuasa Fir'un lewat muslihat birokrasi para tukang sihirnya yang terlatih membohongi rakyat. Beda zaman beda pula instrument muslihatnya.

Kasus OTT KPK terhadap sejumlah kepala daerah dan pejabat birokratis adalah salah.satu cara Tuhan untuk menghentikan strategi ppolitik ala Fr'un di atas.  Sebuah cara bahwa muslihat secanggih apa pun tak ada yang abadi dan akan berhenti di titik takdir batas daya rakus kuasanya.

Menutup tulisan singkat ini barangkali penting bagj kita semua untuk belajar dari kisah akhir nista dan hina seorang Fir'un dengan mengingat dalam dalam mutiara hikmah Glisongi dalam karyanya Lying Vs honesty yakni :

"Jangan pernah menyembunyikan kebohongan karena kebenaran akan selalu menemukan jalannya seperti bayangan selalu menemukan pemiliknya saat matahari beranjak pergi".

TAG#Indramayu, #Adlan Daie

190215929

KOMENTAR