Trump Larang Warga AS Pakai Telekomunikasi Asing

Washington, Inako
Presiden AS Donald Trump menyatakan darurat nasional untuk melindungi jaringan komputer di negaranya dari serangan musuh asing. Melansir BBC, Rabu (15/5/2019), Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang perusahaan AS memakai telekomunikasi asing yang diyakini menimbulkan risiko keamanan bagi negara.
Pria berusia 72 tahun itu tidak menyebutkan nama perusahaan apa pun secara khusus dalam perintah tersebut.
Namun, para analis menduga perintah eksekutif Trump merujuk pada perusahaan telekomunikasi raksasa China, Huawei.
"Pemerintah akan melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga AS tetap aman dan sejahtera, serta melindungi negara dari musuh-musuh asing," ujar juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders, seperti dikutip dari AFP.
Keputusan itu diumumkan setelah perang perdagangan AS dan China semakin dalam, yang secara luas didorongkan kekhawatiran terhadap dugaan ancaman mata-mata dari Huawei.
AS berupaya membujuk sekutunya untuk tidak mengizinkan China berperan dalam membangun jaringan seluler 5G. Sementara instansi pemerintah AS telah dilarang membeli peralatan dari Huawei, yang merupakan pemimpin dalam pesatnya perkembangan teknologi 5G.
"AS telah menyalahgunakan kekuatan nasionalnya untuk secara sengaja mendiskreditkan dan menekan perusahaan China tertentu," ucap kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang.
"Kami mendesak pihak AS untuk menghentikan penindasan yang tidak masuk akal terhadap perusahaan-perusahaan China dengan dalih keamanan nasional," imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Huawei David Wang mengabaikan berita tentang keadaan darurat yang akan diterbitkan itu.
"Bisnis kami di AS tidak terlalu besar. Kami adalah perusahaan dengan operasi global, jadi jika ada perubahan di negara mana pun, dampaknya pada bisnis global kami sangat kecil," katanya.
TAG#Amerika Serikat, #Telekomunikasi, #Huawei, #Donald Trump
190215751
KOMENTAR