Turunkan Kasus Malaria, Direktur RSUD Mimika Minta Semua Pihak Terlibat

Binsar

Monday, 20-08-2018 | 10:45 am

MDN
Direktur RSUD Mimika dr.Evelyn Pasaribu [ist]

Timika, Inako –

Direktur RSUD Mimika dr.Evelyn Pasaribu, di Timika, Senin, mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam upaya menurunkan kasus malaria yang ada di Kabupaten Mimika, Papua.

Dr. Evelyn Pasaribu optimistis, tahun ini pihaknya menargetkan bisa menurunkan angka kasus malaria di wilayah itu, minimal setengah dari kasus selama tahun 2017.

"Saya rasa kalau semua pihak mau bekerja keras, pasti bisa. Terutama masyarakat sendiri dengan menjaga pola hidup mereka dengan membersihkan lingkungan serta genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk," kata Evlyn.

Menurut dia, dibutuhkan upaya besar untuk menggerakkan seluruh komponen masyarakat Mimika dalam upaya pemberantasan penyakit malaria, mengingat Mimika merupakan daerah endemis malaria.

Dinkes Mimika menargetkan hingga 2020 mendatang mampu menurunkan Annual Parasite Incidence (API) kasus malaria di wilayah itu dari 426 kasus/1.000 penduduk pada 2017 menjadi 200 kasus/1.000 penduduk.

Kepala Puskesmas Timika Jaya Dr Moses Untung mengatakan sesuai hasil schelling up yaitu pemeriksaan malaria pada semua orang baik yang memiliki maupun tanpa gejala malaria yang dilakukan oleh sejumlah Puskesmas dalam wilayah Kota Timika baru-baru ini, ternyata kasus malaria di Timika cukup rendah.

Empat Puskesmas dalam Kota Timika yang melakukan kegiatan tersebut yaitu Puskesmas Timika, Puskesmas Pasar Sentral, Puskesmas Timika Jaya dan Puskesmas Wania.

"Ini cukup mengejutkan karena kasus malaria di Timika selama ini selalu tinggi dan menduduki peringkat dua besar dari semua penyakit yang ditangani," jelas Moses.

Mengacu pada data dimaksud, Moses menyarankan diperlukan penelitian lebih lanjut apakah kasus malaria di Kota Timika hanya berpusat pada lokasi-lokasi tertentu sehingga intervensi kasus diprioritaskan pada lokasi-lokasi pusat pembiakan bibit malaria tersebut.

Selain itu, katanya, ada kasus malaria yang terjadi berulang-ulang pada satu orang seperti malaria jenis tersiana yang merupakan infeksi lama tetapi bisa kambuh setiap saat jika seseorang tidak meminum obat malaria secara teratur.

Guna meminimalisasi kasus malaria di Mimika, sejak akhir 2017 Kemenkes telah mengirimkan sebanyak 112.400 buah kelambu anti nyamuk ke wilayah itu.

Anggota Tim Supervisi Program Pekan Kelambu Massal Kemenkes Dr Roy Tjong beberapa waktu lalu di Timika mengatakan selain Mimika, terdapat empat kabupaten di Provinsi Papua juga mendapat kiriman kelambu anti nyamuk dari Kemenkes yaitu Keerom, Jayapura, Sarmi dan Boven Digoel.

Empat kabupaten itu dinilai merupakan penyumbang kasus malaria terbesar di Indonesia.

Roy mengatakan kini terdapat lima provinsi di wilayah timur Indonesia menjadi perhatian khusus Kemenkes terkait upaya eliminasi malaria di seluruh Indonesia yang ditargetkan pada tahun 2030.

Kelima provinsi itu yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Roy meminta kabupaten-kabupaten yang merupakan daerah endemis malaria di Papua agar belajar dari Kabupaten Bintuni di Provinsi Papua Barat dalam hal penanganan masalah penyakit malaria.

Keberhasilan program penanganan malaria di kabupaten penghasil gas alam terbesar di Indonesia itu yakni dengan mengaktifkan kader yang berasal dari warga sendiri untuk terlibat langsung dalam program pengendalian malaria.

 

KOMENTAR