Uang Muka KPR Lebih Fleksibel, BTN Tingkatkan Salur Kredit

Jakarta, Inako
Salah satu kebijakan yang akan diambil Bank Indonesia terkait kepemilikan rumah adalah relaksasi besarnya uang muka yang wajib dibayar oleh calon pembeli. BI prioritaskana calon pembeli rumah pertama.
Memang belum pasti angkanya tetapi jika menilik pada kebijakan BI bertalian besarnya uang muka sedikitnya 15 % dari total harga bangunan atau rumah, telah dikeluarkan BI pada tahun 2016.
Dengan adanya relaksasi tersebut PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) sebagai wali nasabah griya optimis dan menargetkan pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tahun ini mencapai 23%, didorong oleh aturan baru mengenai loan to value (LTV) terkait dengan penetapan batas uang muka kredit perumahan.
Direktur BTN Budi Satria mengatakan, target tersebut cukup tinggi karena di atas rata-rata industri. Sedangkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) cukup rendah yakni di bawah 3%.
"Tepatnya 2,38% dan kami proyeksikan akan terus menurun," katanya, Minggu (1/7/2018).
Optimisme BTN dilandasi oleh relaksasi rasio pinjaman terhadap nilai agunan atau loan to value (LTV) yang bakal dirilis oleh Bank Indonesia. BI menargetkan paling lambat aturan tersebut keluar pada Agustus 2018 mendatang.
Salah satu poin yang diatur dalam relaksasi tersebut adalah fleksibilitas dalam hal pembayaran uang muka KPR, karena sepenuhnya diserahkan kepada aturan internal bank Dengan berbagai relaksasi yang diberikan Bank Indonesia tersebut, Budi menegaskan pihaknya tidak akan mengurangi tingkat kehati-hatian.
"Sehingga kami optimistis target NPL tahun ini sebesar 2,38% akan dapat dicapai," imbuhnya.
Lebih lanjut, Budi menerangkan bahwa pelonggaran LTV adalah salah satu insentif yang diperlukan perbankan supaya bisnis properti atau KPR bisa tumbuh lebih baik lagi. Apalagi mengingat peran penting properti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
KOMENTAR