Uu, Jawa Barat dan Gerbang Dunia Aswaja 

Hila Bame

Sunday, 13-10-2019 | 23:03 pm

MDN
Adlan Daie

Oleh.  : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

Bandung, Inako


Sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat, sejak dilantik pada tanggal 5 september 2018 lalu,  H. Uu Ruzhanul Ulum, SE agak tertutup kiprah dan perannya oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, pasangannya. Inilah problem yuridis yang dialami umumnya wakil kepala daerah. Meskipun berkontribusi secara elektoral bersama kepala daerah, pasangannya saat mengikuti kontestasi pemilihan akan tetapi nyaris tidak memiliki kewenangan apapun kecuali menghadiri rapat rapat,  acara seremonial dan mewakili kepala daerah untuk acara acara  bersifat protokoler.

Berbeda dengan Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, pasangannya, yang berlatar belakang teknokratis dan dibesarkan "media" saat menjabat Wali Kota  Bandung,  H. Uu Ruzhanul Ulum memiliki  rekam jejak politik lebih panjang dan lebih "mapan". Dalam perspektif Clliford Gertz dalam bukunya "The religion of java", dikategorisasikan sebagai "politisi santri".

Jejak "kesantrian"-nya bukan klaim politis untuk kepentingan pencitraan dan "branding elektoral" melainkan murni terkoneksi dari jenjang pendidikan dasar dan menengah yang ditempuhnya di dunia pesantren, yakni pesantren Manonjaya, Tasikmalaya, dengan tradisi keagamaan Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang dianut jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Sebagai politisi, H. Uu Ruzhanul Ulum berkiprah panjang secara istiqamah  melalui Partai Persatuan Pembangunahn (PPP), salah satu partai Islam yang sejak awal berdirinya tahun 1973, tidak dapat dipisahkan dari anasir komunitas sosial Nahdlatul Ulama. Karir politiknya bersama PPP dilewati secara gradual seiring terbukanya pintu transisi reformasi politik mengakhiri rejim politik  otoritarian Orde Baru.  

Dalam Pemilu pertama di era reformasi, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya (1999-2004), naik menjadi Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya (2004-2009), lalu terpilih menjadi Bupati Tasikmalaya selama dua periode jabatan (2011-2016 & 2016-2021). Selanjutnya, saat periode keduanya sebagai Bupati Tasikmalaya, ia mengikuti kontestasi Pilgub Jawa Barat 2018 sebagai calon Wakil Gubernur  berpasangan dengan Ridwan Kamil sebagai  calon Gubernur, dan terpilih menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat untuk periode 2018 -2023.

Paparan tentang rekam jejak jenjang pendidikan dan perjalanan karier politik H. Uu Ruzhanul Ulum di atas menjelaskan bahwa yang bersangkutan memiliki kompetensi dan pengalaman yang memadai untuk memetakan jalan programatik dalam kerangka  menjadikan Jawa Barat sebagai gerbang dunia Ahlus Sunnah Wal Jemaah (ASWAJA). Sebuah tagline kampanye yang ia gelorakan bersama Ridwan Kamil, pasangannya, selama proses kontestasi Pilgub Jawa Barat 2018.

Amanah publik untuk membumikan pandangan keagamaan Aswaja di Jawa Barat bukan saja penting dalam kerangka memenuhi janji politiknya diatas, lebih dari itu, dalam  konstruksi deteksi dini untuk menutup meluasnya trend tumbuhnya paham radikalisme keagamaan di mana Jawa Barat dipandang sebagai salah satu provinsi yang paling tinggi rating kenaikannya secara signifikan.

Kegagalan Ridwan Kamil sebagai  Gubernur Jawa Barat  selama satu tahun kepemimpinannya menjadikan Jawa Barat sebagai gerbang dunia Aswaja, terus terang,  karena  latar belakangnya tidak benar benar paham tentang pandangan keagamaan Aswaja sehingga sulit merumuskan peta jalan regulasi dan kisi kisi programatiknya.  Ia tidak berbagi tugas dengan H. Uu Ruzhanul Ulum, wakilnya yang dari sisi peta politik dan geneologi ke-ormasan-nya lebih mengusai dan  lebih kompeten.

Disinilah pentingnya pola "sharing proporsinal" dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, tidak selalu berlindung dibalik regulasi yuridis yang sesungguhnya dapat "diselesaikan" oleh kekuatan kearifan personalnya termasuk dalam konteks pola hubungannya dengan DPRD sebagai bagian dari unsur penyelenggara pemerintahan daerah agar tidak terjadi ketegangan dan "ancaman" interpelasi.

Dari beragam problem sosial di Jawa Barat, perspektif pilihan politik Jawa Barat sebagai gerbang dunia Aswaja  sudah "on the track" , di jalan yang benar. Maka,  terlalu besar resikonya jika pilihan politik ini gagal dijalankan dalam praksis sosialBmasyarakat Jawa Barat  hanya karena ego sentris pemimpinnya.

Kebersamaan saat mengikuti kontestasi Pilgub Jawa Barat 2018 seharusnya berlanjut dalam kebersamaan "bagi tugas" secara proporsional dan profesional demi membangun fondasi sosial yang kuat untuk menjadikan Jawa Barat  sebagai gerbang  dunia Aswaja. Semoga.

TAG#Adlan

190231555

KOMENTAR