Warga Pedalaman Mahulu, Kaltim Berhasil Kembangkan Budidaya Lele

Binsar

Wednesday, 05-12-2018 | 16:56 pm

MDN
Ilustrasi Budidaya Lele [ist]

Long Apari, Inako –

Budi daya lele terbukti telah membantu menopang pendapatan warga di beberpa wilayah pedalaman Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Di salah satu kawasan yang berbatasan dengan Malaysia, sejumlah petani berhasil mengembangbiakkan ikan lele yang prosesnya terdiri dari bibit, indukan, hingga membibitkan lagi. 

Salah seorang warga Kampung Long Penaneh I, Daniel Jivan, Rabu menuturkan, dirinya saat ini sudah memiliki pengetahuan bagaimana beternak lele berkat mengikuti pelatihan cara ternek lele di Jawa Barat beberapa  waktu sebelumnya.

"Dari dulu saya memang ingin punya keahlian beternak lele sekaligus membibitkan. Saya bersyukur karena kemudian diajak mengikuti pelatihan plus mendalami teknik pembibitannya," ujarnya, Rabu.

Sebelumnya, Daniel mengikuti pelatihan beternak lele di Bandung Jawa Barat. Balik ke Kalimantan, ia langsung mempraktikkan ilmunya. Kebetulan sebelumnya ia sudah memelihara lele sangkuriang dewasa, sehingga lele indukan tersebut langsung dikawinkan dan sekarang telah menghasilkan ribuan bibit.

“Seminggu setelah pulang pelatihan di akhir Oktober 2018, saya kuras bak kolam lele untuk mengambil indukan jantan dan betina yang siap kawin. Setelah indukan jantan dan betina saya letakkan di kolam khusus sehari semalam, kemudian mereka kawin secaraa alami," tutur Jivan.

Beberapa hal yang membuat ia makin bersemangat membibitkan antara lain, meski baru beberapa hari berhasil menetaskan sekitar 10 ribu telur lele yang sebelumnya dikawinkan, namun sudah ada sejumlah warga yang ingin membelinya.

“Sekarang umurnya baru 10 hari, jadi saya belum berani melepas meski sudah ada yang mau beli. Nanti kalau umurnya sudah sekitar sebulan, atau ukuran anak lele sudah sebesar jari kelingking orang dewasa, baru berani saya jual untuk bibit supaya peluang hidupnya lebih tinggi,” jelasanya.

Harga bibit lele ia jual Rp2 ribu per ekor. Harga ini dinilai murah untuk ukuran kawasan pedalaman dan perbatasan yang daerahnya susah diakses. Apalagi di desa terdekatnya juga ada pedagang bibit lele yang menyuplai dari daerah lain dengan harga Rp3 ribu per ekor.  

Sementara Izhar Arifin, Kepala Urusan (Kaur) Keuangan Kampung Long Penaneh I, mengatakan bahwa budidaya lele, pelatihan sekaligus pembibitan lele sangkuriang ini biayanya gabungan dari dua mata anggaran, yakni Alokasi Dana Kampung (ADK) dari APBD Mahakam Ulu dan Dana Desa (DD) dari APBN.

Untuk biaya pelathan enam peserta ke Tunas Mina Lestari, Bandung, pada 26-31 Oktober 2018, katanya, biayanya diambilkan dari ADK senilai Rp24 juta. Sementara materi yang diikuti antara lain teknik budidaya lele secara alami, semi alami, buatan, dan pemijahan.        

“Sedangkan untuk pengadaan bibit 10 ribu ekor lele, pembelian terpal 80 lembar untuk 80 kolam, ditambah pipa saluran pembuangan, plus pembelian pakan per kolam, anggarannya diambilkan dari DD senilai Rp20 juta,” ucap Ezi, panggilan akrabnya.

KOMENTAR