Wasekjen Golkar: Kini Olahraga Telah Menjadi Sarana Diplomasi Sebuah Bangsa

Binsar

Tuesday, 21-08-2018 | 13:58 pm

MDN
Wakil Sekjen Partai Golkar, Viktus Murin [Inakoran.com]

Jakarta, Inako –

Wakil Sekjen Partai Golkar, Viktus Murin mengatakan, dewasa ini olahraga tidak saja dipandang sebagai ajang memburu prestasi dalam berbagai jenis cabang olahraga yang dipertandingkan, tetapi juga dipakai sebagai sarana diplomasi sebuah negara dalam hubungan dengan negara-negara lain dalam sebuah kawasan.

 

Dalam konteks itu, kata mantan Tenaga Ahli Menpora itu, Asian Games, yang sedang berlangsung di Jakarta dan Palembang saat ini, selain ajang mempertandingkan sejumlah cabang olahraga tetapi juga sebagai sarana diplomasi bangsa Indonesia dengan sejumlah bangsa Asia lainnya.

“Dalam konteks Asian Games misalnya, Indonesia harus berbangga karena dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara even internasional yang harus dimaknai sebagai pertaruhan pride kita sebagai bangsa di antara bangsa-bangsa Asia yang ikut dalam ajang ini,” kata Sekjen Presidium GMNI Periode 1999-2002 ini, dalam perbincangan singkat dengan Inakoran.com, usai menjadi nara sumber dalam diskusi Pengkajian Dukungan Perumusan Perubahan Pengembangan Di Bidang Politik, yang diselenggarakan oleh Staf Ahli Bidang Politik Kemenpora, yang berlangsung di Rizen Hotel, Cisarua, Bogor, Senin pekan lalu.

 

Pemerintah, katanya, memang memiliki terget tertentu yang harus dicapai para atlet di ajang ini, misalnya masuk sepuluh besar. Namun, lebih dari itu, melalui even ini kita membangun spirit nasionalisme, kita membangun karakter bangsa sehingga kita berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di kawasan Asia.

Posisioning suatu bangsa, lanjut Viktus, merupakan unsur yang sangat penting dalam proses diplomasi sebuah negara dengan negara lain. Dan hal itu, sambungnya, bisa didapat melalui sejumlah prestasi yang diraih anak bangsa dalam bidang olahraga.

 

Olahraga dan diplomasi, sepintas memang seperti tidak berhubungan satu sama lain. Anggapan itu paling tidak terlihat dari subtansi dari olahraga dan diplomasi itu sendiri.

Diplomasi dipahami sebagai seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi.

Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi dan perdagangan.

Biasanya, orang menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata yang halus.

Perjanjian-perjanjian internasional umumnya dirundingkan oleh para diplomat terlebih dahulu sebelum disetujui oleh pembesar-pembesar negara.

 

Istilah diplomacy diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris oleh Edward Burke pada tahun 1796 berdasarkan sebuah kata dari bahasa Perancis yaitu diplomatie.

Di sisi lain, olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Apapun jenis olahraga, esensinya berkaitan dengan olah fisik secara terstruktur dan terencana.

Namun, terlepas pengertian dasar dari olahraga dan diplomasi sebagaimana dipaparkan di atas, mantan Tim Perumus UU Kepemudaan itu menilai, olahraga di zaman modern telah mengalami multi makna.

Di satu sisi sebagai ajang meraih prestasi dan pada saat bersamaan telah berkembang menjadi alat atau sarana diplomasi dari suatu bangsa.

Dalam konteks itu, katanya, even Asian Games yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini menjadi suatu ajang pertaruhan pride nasionalisme bangsa Indonesia di antara bangsa-bangsa Asia lainnya.

 

Dengan tegas Viktus mengatakan bahwa martabat, harga diri dan posisi tawar bangsa Indonesia dalam hubungan dengan bangsa-bangsa Asia sungguh dipertaruhkan dalam even ini.

Selain Viktus, diskusi yang dipandu Vinsensius de Ornay itu, juga dihadiri sejumlah narasumber antara lain: Syamsul Qomar (Tenaga Ahli Badan Pembinaan Ideologi Pancasila/BPIP) yang juga penggiat kepemudaan, Zul Ichsan (Tim Asistensi Pengembangan Kebijakan Kepemudaan Kemenpora), Fransiskus Roy Lewar (Pemerhati Olahraga), Stanis Soda Herin (Aktivits kepemudaan).

Sejumlah staf dari Kemenpora juga turut hadir dalam diskusi antara lain Amat Rajab, Samandoni, Purwanto, Agus Salim dan Lufti Kamal.

 

KOMENTAR