Wijaya Karya Siap Garap Proyek Infrastruktur di Afrika

Sifi Masdi

Thursday, 30-08-2018 | 15:57 pm

MDN
Ilustrasi PT Wijaya Karya Tbk [ist]

Jakarta, Inako

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) siap menggarap beberapa proyek infrastruktur di beberapa negara di Afrika tahun 2019. PT Wijaya akan menggelontorkan anggaran sebesar Rp 4,5 triliun. Nilai ini lebih tinggi 18,42 persen dibandingkan dengan anggaran kontrak luar negeri tahun 2018 sebesar Rp 3,8 triliun.

Meski tengah getol menambah portofolio di kancah internasional, Wijaya Karya tak mau asal comot proyek. "Kalau tidak bisa memberikan nilai tambah ke perusahaan buat apa ekspansi keluar negeri, lebih baik main di dalam negeri saja," kata Tumiyana, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk di Jakarta, Rabu (29/8).

Dalam memburu proyek di luar negeri, Wijaya Karya berharap bisa mengantongi margin keuntungan di atas 10%. Selain itu, mereka hanya akan menggarap proyek dengan nilai minimal US$ 100 juta atau sekitar Rp 1 triliun untuk di negara-negara baru yang belum dirambah.

Sementara di negara yang sudah terambah, Wijaya Karya masih bersedia menggarap proyek dengan nilai di bawah Rp 1 triliun.

"Untuk negara yang sudah operasi seperti Aljazair, angka Rp 500 miliar masih bisa kami ambil," terang Destiawan Soewardjono, Direktur Operasi III PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dalam kesempatan yang sama.

Sekadar kilas balik, Wijaya Karya sudah memasuki pasar Aljazair sejak tahun 2007 silam. Perusahaan berkode saham WIKA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut membangun apartemen.

Sementara itu, hingga Juli 2018 Wijaya Karya mencatatkan perolehan kontrak baru dari luar negeri sebesar Rp 1,6 triliun. Agar seluruh target kontrak baru luar negeri terpenuhi, mereka harus mengejar tambahan kontrak baru sebesar Rp 2,2 triliun dalam lima bulan.

Pada Rabu, 28 Agustus 2018,  Wijaya Karya berpotensi menambah koleksi kontrak baru dari Pemerintah Republik Namibia. Tak cuma satu proyek, perusahaan pelat merah tersebut sekaligus memborong beberapa proyek infrastruktur.

Sebut saja proyek bandar udara (bandara), pembangkit listrik, kereta api dan proyek infrastruktur lain. Kebetulan, sejauh ini Namibia baru memiliki bandara dengan kapasitas 3 juta penumpang per tahun. Negara itu ingin meningkatkan kapasitasnya menjadi menjadi 15 juta penumpang per tahun.

 

 

KOMENTAR