20 Tahun Pasca Kemerdekaan, Timor Leste Masih Menjadi Negara Termiskin di Asia Pasifik

Binsar

Wednesday, 18-05-2022 | 10:50 am

MDN
Presiden pertama Timor Leste Xanana Gusmao memberikan wawancara di Dili pada 14 Mei 2022 [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Presiden pertama Timor Leste dan mantan pemimpin gerilya Xanana Gusmao mengatakan, setelah 20 tahun merdeka, negaranya masih menempuh perjalanan Panjang untuk mencapai kesejahteraan.

"Kami melakukan beberapa kemajuan, tetapi kami juga memiliki beberapa kegagalan, yang berarti bahwa kami akan memiliki lebih banyak tantangan di masa depan," kata Gusmao, dilansir dari Kyodo News, Rabu (18/5).

Gusmao dikenal sebagai Ikon Timor Timur dan pahlawan nasional. Ia menjadi presiden Timor Leste pada 2002 hingga 2007. Ia kemudian menjadi perdana menteri hingga 2015.

 

 

Timor Lester secara resmi memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002 setelah dua setengah tahun di bawah administrasi PBB menyusul referendum pada tahun 1999 di mana orang Timor Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, pada tahun 2006, Timor Lorosa'e – sebutan untuk Timor Lester - menghadapi kehancuran total dalam bidang tatanan sipil yang dipicu oleh dugaan diskriminasi di militer terhadap personel yang berasal dari bagian barat negara itu.

Krisis tersebut menyebabkan upaya kudeta dan kekerasan di seluruh negeri, yang berakhir dengan pengunduran diri Perdana Menteri Mari Alkatiri.

 

 

"Lima tahun pertama diwarnai oleh konflik dan kekerasan," kenang Gusmao.

Hanya dalam lima tahun kedua, pria berusia 75 tahun itu berkata, "Kita bisa mulai bernapas sedikit lebih banyak karena orang-orang mulai sadar akan perlunya perdamaian dan stabilitas."

"Orang-orang berdamai dari sana dengan anggapan bahwa tanpa perdamaian, (tidak akan ada) pembangunan dan tanpa pembangunan, tidak akan ada perdamaian," katanya.

Dia mengutip perang Ukraina sebagai contoh bahwa tidak ada yang menang dalam perang, tetapi orang-orang biasa menderita.

Timor Lester menerima pendapatan dari minyak dan gas sejak tahun 2005. Akan tetapi, negara itu tetap menjadi salah satu negara termiskin di kawasan Asia-Pasifik.

Data Bank Pembangunan Asia menunjukkan, 42 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.

Pendapatan dasar, kesehatan dan tingkat melek huruf serupa dengan negara-negara di sub-Sahara Afrika, sementara gabungan pengangguran dan setengah pengangguran diperkirakan mencapai 70 persen.

 

 

“Setelah 20 tahun, kita dapat melihat bahwa kita masih memiliki banyak, banyak tantangan karena apa yang telah kita lakukan belum selesai, banyak tantangan karena kita memiliki (banyak) anak muda (membutuhkan pekerjaan),” kata Gusmao.

Statistik resmi menunjukkan bahwa dua pertiga dari pemuda Timor Lorosa'e berusia antara 15 dan 24 tahun menganggur.

Tiap hari, puluhan anak muda Timor Leste mengantre di depan Kedutaan Besar Portugis di Dili untuk mendapatkan paspor Portugis dalam upaya mencari pekerjaan di Eropa.

Indonesia mencaplok Timor Timur secara paksa pada tahun 1976 setelah berada di bawah kekuasaan kolonial Portugis selama sekitar 400 tahun.

 

KOMENTAR