Ahli Gizi Harvard Sebut 5 Makanan yang Perlu Dihindari Untuk Meningkatkan Memori dan Fokus
Jakarta, Inako
Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran dan penelitian tentang penyakit jangka panjang seperti Alzheimer dan demensia meroket.
Seorang psikiater nutrisi, yang juga anggota fakultas di Harvard Medical School, menjelaskan bahwa bakteri usus dapat memicu peradangan otak yang pada gilirannya akan mempengaruhi memori dan fokus.
Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bagaimana seseorang dapat menurunkan risiko demensia dengan menghindari jenis makanan tertentu yang dapat mengganggu bakteri usus, meningkatkan risiko peradangan dan mempengaruhi kesehatan otak yang dapat melemahkan daya ingat dalam jangka panjang.
Meskipun kita sekarang sangat bergantung pada makanan olahan yang dikemas, tidak ada kata terlambat untuk membuat perubahan yang diperlukan untuk kehidupan yang lebih lama, lebih sehat, dan bebas penyakit.
Berikut lima jenis makanan teratas yang harus dihindari seseorang untuk memori dan fokus yang lebih baik, dan menurunkan risiko demensia dalam jangka panjang.
Alkohol:
Diet sehat tidak pernah menyertakan alkohol sebagai pengiring. Dengan meningkatnya tingkat stres, ketergantungan pada alkohol telah meroket. Namun, orang tidak pernah memperhatikan bagaimana pesta minuman keras dapat mengakibatkan kabut otak dan sensasi gelisah sebagai efek langsung dan kemudian bertahan di hari berikutnya juga. Dalam British Medical Journal pada tahun 2018, dilaporkan bahwa orang yang mempraktikkan pantang alkohol memiliki risiko demensia yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang minum lebih dari 14 minuman per minggu dan mereka yang meminumnya dalam jumlah sedang.
Makanan tinggi nitrat:
Nitrat digunakan sebagai pengawet dalam makanan dan untuk meningkatkan warna pada bumbu seperti salami, sosis, dan bacon. Namun, menurut penelitian, ini dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Sebuah studi baru-baru ini juga menghubungkannya dengan risiko yang lebih tinggi dari bakteri usus yang berubah dan gangguan bipolar.
Makanan yang digoreng:
Dalam hal kesehatan kognitif, makanan yang digoreng seperti pakoras, ayam goreng, makanan penutup seperti donat, dapat memiliki efek buruk. Menurut sebuah penelitian, orang yang terlalu banyak mengonsumsi gorengan memiliki skor memori yang lebih rendah. Ternyata makanan berkalori tinggi ini bisa memicu peradangan pada pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak. Penelitian lain juga mengeksplorasi bagaimana makan terlalu banyak gorengan dapat meningkatkan risiko depresi.
Makanan indeks glikemik tinggi:
Karbohidrat olahan seperti roti, pasta yang terbuat dari tepung halus adalah sumber karbohidrat sederhana yang mudah terurai dan masuk ke aliran darah untuk meningkatkan kadar gula darah. Meski tidak terasa manis, tubuh mengolahnya sebagai gula yang meningkatkan risiko kenaikan berat badan, gangguan metabolisme, dan diabetes dalam jangka panjang. Menurut sebuah studi tahun 2018, para ahli menemukan bahwa orang yang memiliki karbohidrat berkualitas lebih baik seperti biji-bijian, wortel mentah, sayuran berdaun hijau, dan buncis (makanan rendah GI) memiliki risiko depresi 30 persen lebih rendah.
Makanan dengan tambahan gula:
Ketika seseorang makan gula, tubuh mengubahnya menjadi glukosa yang digunakan oleh sel-sel dalam bentuk energi. Namun, asupan gula yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otak dan mempengaruhi daya ingat. Makanan panggang, soda manis yang sarat dengan gula rafinasi dan pemanis buatan lainnya dapat merusak kesehatan kognitif dalam jangka panjang. The American Heart Association merekomendasikan tidak lebih dari 36 gram gula tambahan untuk pria dan 25 gram yang sama untuk wanita per hari.
KOMENTAR