Akademisi Bivitri Susanti Ungkap Kemungkinan Terburuk Jika Politik Dinasti Menang di Pilpres 2024

Timoteus Duang

Tuesday, 07-11-2023 | 12:49 pm

MDN
Bivitri Susanti [Foto: Adik Saputra/Garvita TV]

 

JAKARTA, INAKORAN.COM

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) dikabarkan tidak bisa membatalkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait syarat calon presiden-wakil presiden.

 

Apapun keputusan MKMK, kemungkinan besar Gibran Rakabuming tetap lolos mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden. Belakangan, pihak Gibran dibanjiri kritik karena mempraktikkan politik dinasti.

Jika “politik dinasti” menang di Pilpres 2024, apa kemungkinan terburuk bagi Indonesia?

Menurut akademisi Bivitri Susanti, jika “politik dinasti” menang, akan terjadi regresi demokrasi. “Kita mundur ke belakang, mundur ke sebelum 98,” ungkap Bivitri yang dijumpai usai Simposium Pemuda Indonesia yang digelar di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11/2023).

Dalam kemerosotan demokrasi, oligarki akan menjadi tak terkontrol. “Jadi kemungkinan terburuknya adalah, saya membayangkan ya, itu oligarki akan sangat berkuasa, semakin merajalela.”

Selain itu, di level masyarakat akan muncul afirmasi bahwa dinasti politik itu sama sekali tidak salah. “Cara berpolitik yang menggunakan lembaga yudikatif untuk memanipulasi syarat untuk berpolitik juga (dianggap) tidak salah,” tambah Bivitri.

Bahaya lain yang timbul jika masyarakat Indonesia memberi tempat pada politik dinasti adalah akan muncul semacam kenormalan baru, di mana penguasa dengan bebas mengubah hukum demi melayani kepentingan keluarga mereka.

Jutaan anak muda Indonesia akan jatuh pada kenormalan baru seperti ini. “Penguasa maunya apa, ya hukum yang diubah, bukannya dia mengikuti hukum.”

 

 

KOMENTAR