Apakah Rokok Elektrik Aman Bagi Kesehatan?
Jakarta, Inakoran
Rokok elektrik mulai ditemukan tahun 2003, dan hingga 2020, jenis rokok elektrik telah digunakan oleh sekitar 68,1 juta orang di seluruh dunia.
Walaupun rokok elektrik dianggap relatif tidak berbahaya, karena tidak mengandung tembakau, tetapi rokok jenis ini, juga tetap mengandung beberapa zat kimia beracun, seperti: nikotin, aerosol, dan partikel toksik halus lainnya, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker.
Ada 10 zat beracun dalam rokok elektrik , di antaranya timbal, toluene, benzena, kadmium, isoprena, nikel dan nikotin.
Rokok elektrik juga mengandung nikotin yang dapat memicu adiksi. Adiksi nikotin akan berkembang dengan cepat, tetapi sangat sulit ditangani.
Nikotin akan berikatan dengan reseptornya di otak, yaitu reseptor kolinergik nikotinik, dan melepaskan dopamin yang membuat seseorang merasa hangat dan puas.
Rasa nyaman ini membuat seseorang terdorong untuk mengonsumsi nikotin kembali. Akibat dorongan tersebut, orang akan terus merokok sehingga jumlah reseptor nikotin dalam tubuh meningkat.
Peningkatan jumlah reseptor ini membuat tubuh membutuhkan nikotin yang lebih banyak lagi dibanding sebelumnya.
Apabila jumlah nikotin ini tidak terpenuhi, tubuh akan mengalami gejala-gejala withdrawal syndrome atau sakau.
Inilah yang membuat seseorang sulit berhenti merokok. Namun, bila seseorang bisa mengurangi atau bahkan berhenti merokok, jumlah reseptor ini dapat menurun dan kembali ke keadaan semula sebelum merokok.
Sebuah studi menjelaskan, pengguna rokok elektrik dengan nikotin memiliki kemungkinan lebih besar berhenti merokok dalam durasi 6 bulan (10%), jika dibandingkan dengan pengguna terapi pengganti nikotin dan rokok elektrik bebas nikotin (6%).
Namun, penelitian ini masih berskala kecil, sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan bahwa rokok elektrik dapat digunakan untuk membantu berhenti merokok.
TAG#rokok, #rokok eletrik, #kesehatan, #bahaya kesehatan
182223124
KOMENTAR