Beri Waktu pada Rocky Gerung untuk Menyadari Kesalahan dalam Memakai Kata-kata

Timoteus Duang

Tuesday, 22-08-2023 | 10:15 am

MDN
Rocky Gerung

 

JAKARTA, INAKORAN.COM

Ucapan ahli filsafat Rocky Gerung yang dinilai melukai martabat Presiden Jokowi terus menjadi perbincangan publik. Guru Besar Filsafat Universitas Pelita Harapan F. Budi Hardiman menyebut Rocky perlu diberi waktu untuk menyadari kesalahannya.

 

Penilaian ini disampaikan Budi Hardiman dalam wawancara eksklusif bersama KompasTV seperti yang ditayangkan kanal YouTube KompasTV, Senin (14/8/2023) dengan judul Rocky Gerung VS Everybody.

Menurut Budi, lebih produktif mengubah seseorang daripada memberinya kerangkeng hukum. “Tapi kalau yang bersangkutan hanya bisa sadar dengan hukum, ya bantulah mereka biar sadar dengan hukum juga.”

Ada dua hal yang diserang Rocky Gerung melalui kata-kata kasarnya, yaitu fungsi publik dan pribadi Presiden Jokowi. Fungsi publik “presiden” yang melekat pada diri Jokowi tidak bisa dipisahkan dari pribadinya sebagai seorang manusia bernama Jokowi.

“Karena dalam kenyataan tidak ada presiden pada umumnya. Yang ada hanya presiden tertentu. Dan hari ini namanya Jokowi,” ucap Budi.

Baca juga: Laporan terhadap Rocky Gerung Diambilalih Bareskrim Polri

Walaupun demikian, Budi menilai Rocky Gerung tidak sepenuhnya salah. Dalam demokrasi, kritik seperti yang disampaikan Rocky dibutuhkan sebagai check and balance.  

Melalui kritik-kritiknya yang ekstrem, Rocky Gerung ingin mengganggu dan menggoyang struktur feodal yang ada di Indonesia. Namun perlu diperhatikan bahwa argumen yang disampaikan sifatnya mendukung kesetaraan dalam demokrasi.

Ada tiga hal yang dibutuhkan dalam demokrasi, yaitu kesetaraan, kebebasan, dan respek. Respek dinilai penting untuk diarahkan pada dua hal, yaitu fungsi publik dan pribadi di belakang fungsi tersebut.

“Kalau (fungsi publik dan pribadi) dipisahkan, sebetulnya kita tidak sedang respek, melainkan sedang memanipulasi fungsi itu untuk kepentingan kita.”

Baca juga: Hendrawan Supratikno Bela Rocky Gerung

Dalam berbagai kesempatan, Rocky Gerung kerap memisahkan dua hal tersebut. Karena itu kata-katanya kerap terdengar kasar, problematis, dan juga dinilai kontraproduktif dengan kritik yang ingin disampaikan.

Rocky juga kerap dianggap melanggar tata krama dan nilai sopan santun dalam berkata-kata, terutama dalam kasus terakhir yang sekarang lagi ramai dibicarakan khalayak umum.

Walaupun demikian, bukan berarti Rocky bisa dinilai jahat secara moral. “Dia melanggar sopan santun. Dia memang menjadi kontraproduktif dengan kritiknya. Tapi tidak berarti bahwa Rocky Gerung itu orang jahat secara moral,” kata Hardiman.

Karena itu, penulis buku Demokrasi Deliberatif itu menyarankan agar Rocky diberi waktu untuk menyadari kesalahannya dalam memakai kata-kata. Daripada dipenjarakan, lebih produktif jika Rocky diberi kesempatan untuk menyadari kesalahan.

“Tapi kalau yang bersangkutan hanya bisa sadar dengan hukum, ya bantulah mereka biar sadar dengan hukum juga,” tutup Guru Besar Filsafat Universitas Pelita Harapan itu.

 

KOMENTAR