Bupati Tuntunan atau Bupati Tontonan Ujian Pilkada Indramayu 2024

Hila Bame

Wednesday, 13-11-2024 | 13:14 pm

MDN

 

Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan. 

JAKARTA, INAKORAN

Pilkada Indramayu 2024 kemungkinan lebih "parah" dari apa yang dicemaskan Mendagri Tito Karnavian tentang rendahnya standart "kualitatif" seorang bupati terpilih

Tetapi "parahnya"  justru apakah pilkada Indramayu 2024 hanya melahirkan seorang bupati "tontonan" sirkus politik. Itulah ujian tanggung jawab sosial para tokoh agama, tokoh politik dan aktivis intelektual untuk mencegahnya.

Peradaban politik macam apa yang hendak diwariskan para tokoh Indramayu jika tidak mampu dan gagal mencegah lahirnya bupati "tontonan", sekedar pesinetron politik yang mempermainkan emosi 1,7 juta rakyat Indramayu ?

Memilih bupati bukan untuk "ditonton" karena "kesukaan"  tampilan fisik. Memilih bupati adalah memilih pemimpin dan pemimpin adalah inspirator, lokomotif penarik gerbong perubahan perilaku, sebuah jalan "penuntun"  bagi masa depan rakyat yang dipimpinnya.

Bupati dalam kualifikasi kepemimpinan "tuntunan"' di atas tidak memadai hanya dengan berjualan dan mengais ngais "popularitas" dan "elektabilitas" di ruang publik dengan pesona "kepalsuan". 

Dalam perspektif Kattelen A. Ellen,  bupati sebagai pemimpin "tuntunan" harus memiliki tiga variabel, yakni integritas, intelektualitas dan "power of influencer", (wibawa dan pengaruh).

Dalam kitab "Shiroh Annabawiyah" Ibnu Hisyam tiga variabel di atas terangkum dalam sifat "siddiq, amanah,  tabligh dan fathonah", (jujur, akuntabel, komunikatif dan kecerdasan adaptif)

Inilah empat variabel dasar kepemimpinan, sebuah satu kesatuan tak terpisahkan harus tampak senyawa dan membatin dalam aksi yang  "men drive" jiwa kepemimpinan seorang bupati dalam memimpin  1,7 juta rakyat Indramayu.

Bupati dalam konstruksi kepemimpinan politik seperti inilah yang akan sanggup menghadirkan masa depan Indramayu yang memuliakan harga diri dan martabat warganya, tangguh kesehatannya, "melek" kualitas pendidikannya dan menjadi "tuntunan" akhlak di ruang publik. 

Di sinilah sekali lagi ujian "moralitas" dan tanggung jawab politik para ulama, tokoh politik dan para intelektual untuk mencegah lahirnya bupati "tontonan" dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024 melainkan melahirkan bupati "tuntunan", menjadi "role model" bagi rakyat yang kelak dipimpinnya. 

Sungguh terlalu mahal ongkos pilkada Indramayu 2024 puluhan milyar.hanya untuk melahirkan seorang bupati tanpa wibawa kepemimpinan kecuali pesona kepalsuan.

Sungguh terlalu besar energi rakyat terkuras oleh kebisingan proses pilkada Indramayu 2024 hanya untuk memilih bupati  "tontonan" sirkus sirkus politik jauh dari maslahat publik .

Kalau ini terjadi, sungguh terlalu, lalu apalagi yang tersisa untuk dibanggakan dari Indramayu dimana posisi bupati  yang begitu penting dalam kepemimpinan politik diserahkan begitu saja kepala "bukan ahlinya"

 

TAG#ADLAN

182187327

KOMENTAR