Cegah Gagal Panen, Kementan Siapkan Bibit Padi Unggul

Binsar

Thursday, 11-07-2019 | 15:19 pm

MDN
Cegah Gagal Panen, Kementan Siapkan Bibit Padi Unggul [ist]

Jakarta, Inako

Kekeringan dan gagal panen atau puso menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian Pertanian pada musim kemarau seperti saat ini. Untuk mengatasi tantangan dimaksud, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian telah menyiapkan varietas bibit unggul sebagai langkah mitigasi agar tidak terjadi penurunan produksi padi akibat kekeringan.

Kepala Balitbang Pertanian Fadjry Djufry mengatakan, salah satu varietas unggul yang sudah disiapkan adalah Inpara (Inbrida Padi Rawa) yang dapat ditanam di lahan rawa lebak, jenis lahan yang produktif saat kemarau.

"Kami sudah siapkan Inpara untuk lahan-lahan rawa. Ini sudah berkembang di beberapa lokasi seperti Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan beberapa lokasi yang terendam," kata Fadjry di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, meskipun sejumlah daerah mengalami kekeringan, wilayah yang memiliki lahan rawa dapat mengoptimalkan produksi dengan didukung pemberian bibit unggul.

Selain Inpari, varietas unggul lainnya yang tahan terhadap kekeringan, yakni Inpago (inpari padi gogo), Dering (kedelai tahan kering) dan jagung hibrida.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto menyarankan petani di lahan kering yang curah hujannya masih cukup, sebaiknya menggunakan varietas padi gogo jika bertanam kembali. Sebelum bertanam dan sesudah dipanen, petani harus mengecek kadar air, apakah masih atau sudah kering.

Pengecekan dapat dilakukan dengan mencabut sisa jerami. Jika mudah dicabut, lahan tersebut masih basah dan layak ditanami padi gogo.

Untuk pertanaman padi di lahan rawa, Gatot mengatakan pemerintah telah membuat proyek percontohan padi rawa, bahkan kini sudah ada yang panen. Hasilnya sudah terlihat. Jika sebelumnya petani menggunakan benih lokal (pertanaman 6 bulan), kini dengan benih Inpara-3 pertanaman padi hanya 3-4 bulan.

"Produktivitasnya juga meningkat. Jika sebelumnya hanya 2,5 ton per ha, kini menjadi 4,58 ton per ha. IP juga naik dari sebelumnya 100 menjadi 200 yang tanam pada Maret, Juli dan Agustus," kata Gatot.

Menurut dia, musim kemarau yang terjadi pada puncaknya Juli-Agustus ini menjadi kesempatan untuk mengoptimalisasi lahan rawa yang dapat produktif di tengah kekeringan.

Daerah lahan rawa lebak seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat dapat dioptimalkan untuk meningkatkan luas tambah tanam (LTT).

Berdasarkan data Ditjen Tanaman Pangan, wilayah potensi lahan kering yang masih terdapat air sekitar 2,3 juta hektare (ha) berada di 152 kabupaten di 14 provinsi. Provinsi tersebut yaitu, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, potensi lahan rawa seluas 675.000 ha berada di 31 kabupaten di 6 Provinsi, yakni, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.

KOMENTAR