China Rela Perekonomiannya Merosot Demi Jega Trump di Pilpres AS 2020

Sifi Masdi

Friday, 09-08-2019 | 00:00 am

MDN
Presiden AS Donald Trump [ist]

Beijing, Inako

Menurut investor global, China sepertinya akan mengambil langkah-langkah lanjutan demi memenangkan perang dagang. Dengan demikian, masa jabatan Presiden Donald Trump sebagai orang nomor satu di AS bakal terhenti hanya untuk satu periode saja.

Mengutip CNBC Internasional, banyak hal yang telah dilakukan China. Misalnya saja, menunda pembelian produk-produk pertanian AS sampai memperlemah posisi yuan. Kebijakan ini sebenarnya memiliki risiko yang sangat tinggi bagi ekonomi China.

"Banyak investor yang mengemukakan pandangannya bahwa China saat ini bersiap untuk mengalami pelemahan eknonomi (dan itu artinya perlambatan ekonomi global) untuk mencegah terpilihnya kembali Presiden Trump," jelas chief rates strategist Nomura Naka Matsuzawa.

Dia menyontohkan, untuk membalas kebijakan tarif impor Trump pekan lalu, China membalas dengan menunda pembelian produk-produk pertanian AS yang sudah pasti memukul para petani di Midwest. Asal tahu saja, ini merupakan negara bagian yang sangat krusial untuk kemenangan Trump pada pemilu 2020.

"China juga dapat memangkas kembali pembelian produk-produk pertanian, kemungkinan untuk memangkas jumlah dukungan Trump di daerah pedesaan menjelang pemilu 2020," kata Mark Maefele, global chief investment officer UBS.

Sebagai langkah anyar, China mengambil langkah yang sangat berisiko yakni devaluasi yang akan memicu hengkangnya dana asing dari China. Namun, lagi-lagi, kebijakan ini akan memukul Trump karena dia berulang kali memprotes penguatan dollar.

"China sepertinya akan bersabar untuk menunggu pergantian pimpinan di Washington. Jika perlu, China akan bereaksi dengan mengambil kebijakan yang didisain untuk membahayakan terpilihnya kembali Trump, meski sebagai dampaknya akan membahayakan bagi perekonomian global dan pasar finansial," papar David Bianco, DWS Group's chief investment officer.

Di sisi lain, Trump mengetahui dengan pasti niatan China. Baru-baru ini, dia memperingatkan bahwa kesepakatan dengan China akan lebih sulit jika dirinya terpilih kembali.

Meski demikian, strategi China bisa berbalik arah. Matsuzawa mengatakan, meskipun kebijakan yang diambil saat ini bisa mendapat dukungan dari kedua belah pihak, namun presiden selanjutnya bisa mengambil kebijakan serupa.

Ditambah lagi, gangguan dalam pertumbuhan ekonomi China dapat membahayakan stabilitas negara tersebut. Saat ini saja, aksi demonstrasi terus berlanjut di Hong Kong. Selain itu, PDB China untuk kuartal II merupakan pertumbuhan kuartalan yang paling lambat (yoy)  dalam 27 tahun terakhir.

"Perlambatan pertumbuhan China berarti bahwa masalah deflasi bisa mengemuka," kata Matsuzawa.

Normalnya, perlambatan yang berkelanjutan akan menyebabkan pemerintah menggelontorkan stimulus besar agar perekonomian tumbuh lagi. Namun, ada kemungkinan China tidak bisa lagi melakukan hal itu seagresif dulu.

 

KOMENTAR