Dr Connie Rahakundini Bakrie: Lawanlah Israel dengan Ekonomi dan Teknologi
JAKARTA, INAKORAN
Permusuhan Israel-Palestina menjadi perbincangan hari-hari ini. Hubungan Indonesia - Israel masih seperti dulu, tidak ada hubungan diplomatik dengan alasan Israel tidak mengakui kedaulatan Palestina.
Menurut Connie Rahakundini Bakri, analis Pertahanan dari Universitas Jenderal Ahmad Yani Bandung, beberapa negara Timur Tengah telah membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Secara umum, normalisasi hubungan Israel dengan negara Arab, sebagai berikut:
Mesir – Israel (1970),
Turki – Israel (1950),
Yordania – Israel (26 Oktober 1994),
Uni Emirat Arab – Israel (15 September 2020),
Bahrain - Israel (15 September 2020),
Sudan - Israel (26 September 2020),
Oman - Israel (3 November 2020),
Maroco - Israel (10 Desember 2020),
Arab Saudi - Israel (31 April 2021).
Indonesia? ...
“Sebagai salah satu pemeluk Agama Islam, Saya pelajari di dalam dokumen Kitab Suci Agam Katolik, jelas-jelas disebutkan Yerusalem, itu, termasuk wilayah Yerusalem timur, dimana ada Tembok Ratapan dan Masjid Al Aqsa, merupakan wilayah Israel. Ini harus dipahami terlebih dahulu,” kata Connie.
Pemerintah Republik Indonesia dan masyarakat di Indonesia lanjut Connie, jangan bersikap dan bergaya terkesan primitif kalau mau melawan Israel, dalam berkonflik dengan teroris Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
“Bahwa Israel adalah sebuah negara berdaulat, menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1949, tidak bisa dibantah,” kata Connie Rahakundini Bakrie, Rabu, 19 Mei 2021.
BACA:
Menanggapi Menhan Prabowo Terkait Mafia Alutsista Mr M, Ini Jawaban Connie Bakrie
Menurut Connie, Israel adalah pemenang Perang Enam Hari dengan negara-negara Arab, 5 – 10 Juni 1967, dengan segala konsekuensinya yang sudah diatur di dalam hukum internasional.
Dalam Perang Enam Hari, maka Yerusalem timur sampai sekarang diduduki Israel, dimana ada Tembok Ratapan dan Masjid Al Aqsa, dimana sampai sekarang masih menjadi pemicu potensial konflik dengan teroris Hamas dan teroris Jihad Islam Palestina.
“Sebagai salah satu pemeluk Agama Islam, Saya pelajari di dalam dokumen Kitab Suci Agam Katolik, jelas-jelas disebutkan Yerusalem, itu, termasuk wilayah Yerusalem timur, dimana ada Tembok Ratapan dan Masjid Al Aqsa, merupakan wilayah Israel. Ini harus dipahami terlebih dahulu,” kata Connie.
Dari situlah bisa memahami akan akar konflik di Timur Tengah, dengan kondisi yang terjadi sekarang. Tidak bisa hanya dilihat okupasi Israel setelah Negara Israel memerdekakan diri tahun 1947.
“Kalau mau lawan Israel, ayo, kita ramai-ramai lawan Israel, dengan meningkatkan kemampuan di bidang pengembangan ekonomi dan inovasi teknologi, demi kesejahteraan umat manusia.
Faktanya sebagian besar penemu di bidang ekonomi yang sekarang dinikmati semua lapisan masyarakat, adalah orang Israel. Atau paling tidak, orang keturunan Yahudi,” tandas Connie.
Dilanjutkan Connie, dengan kekuatan emosi, tidak akan mungkin Indonesia bisa melawan Israel. Lawan Israel adalah dengan berlomba-lomba meningkatkan kemampuan Bangsa Indonesia di bidang kemajuan ekonomi dan teknologi, demi kesejahteraan umat manusia.
Menurut Connie, antara Israel dan Palestina, pada dasarnya tidak ada masalah. Masyarakat antara keduanya, sangat beragam.
“Di Israel dan Palestina, ada agama Yahudi, Islam, Katolik dan Kristen. Pemicu konflik adalah teroris Hamas dan teroris Jihad Islam Palestina yang dibiarkan hidup atas dukungan Iran, demi meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah, dan sekarang tengah berhadap-hadapan dengan Arab Saudi,” ujar Connie.
Diungkapkan Connie Rahakundini Bakrie, penandatangan Dokumen Acoords, adalah bertujuan mengeliminir peran Iran yang berkaitan dengan teorisme di Timur Tengah.
Dokumen Abraham Accords, pernyataan bersama antara Israel, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat, yang dicapai pada 13 Agustus 2020.
Selanjutnya, istilah tersebut digunakan untuk merujuk secara kolektif ke perjanjian antara Israel dan Uni Emirat Arab (perjanjian normalisasi Israel-Uni Emirat Arab) dan Bahrain, masing-masing (perjanjian normalisasi Bahrain-Israel).
Abraham Acoords menandai normalisasi publik pertama dari hubungan antara negara Arab dan Israel sejak Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994. Persetujuan Abraham yang asli ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada tanggal 15 September 2020, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC Perjanjian tersebut dinegosiasikan oleh Jared Kushner dan Avi Berkowitz.
Perjanjian dengan UEA secara resmi diberi judul Perjanjian Perdamaian Kesepakatan Abraham: Perjanjian Perdamaian, Hubungan Diplomatik, dan Normalisasi Penuh Antara Uni Emirat Arab dan Negara Israel.
Perjanjian antara Bahrain dan Israel secara resmi diberi judul Abraham Accords: Declaration of Peace, Cooperation, dan Constructive Diplomatic and Friendly Relations, dan diumumkan oleh Amerika Serikat pada 11 September 2020
Perjanjian tersebut dinamai untuk menekankan keyakinan bersama pada Nabi Ibrahim dalam Yudaisme dan Islam.
Perjanjian dinegosiasikan Jared Kushner dan Avi Berkowitz. Pada tanggal 1 Maret 2021, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, memuji Konferensi Warsawa 2019 yang memberikan terobosan yang membuka jalan.
Tujuan dari konferensi dua hari itu adalah untuk fokus melawan Iran, meskipun negara tuan rumah mencoba untuk mengecilkan tema itu dan pernyataan penutup Polandia – Amerika Serikat, tidak menyebutkan Iran.
Di antara perwakilan dari 70 negara yang hadir adalah sejumlah pejabat Arab, menciptakan situasi pertama sejak Konferensi Perdamaian Madrid pada tahun 1991 di mana seorang pemimpin Israel dan pejabat senior Arab semuanya hadir pada konferensi internasional yang sama yang berfokus pada Timur Tengah.
Konferensi Madrid pada saat itu mengatur panggung untuk Kesepakatan Oslo. Di antara mereka yang ditemui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah — yang negaranya telah dia kunjungi pada Oktober 2018.
KOMENTAR